terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download

>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:

Optimalkan Peran Orang Tua dalam MPLS dan Awal Tahun Ajaran Baru - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Optimalkan Peran Orang Tua dalam MPLS dan Awal Tahun Ajaran Baru
Jul 12th 2024, 00:47, by Tim kumparan, kumparanNEWS

Komalasari, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini. Foto: Dok. Istimewa
Komalasari, Direktur Pendidikan Anak Usia Dini. Foto: Dok. Istimewa

Kebahagian menyambut tahun ajaran baru, terutama sukacita mendampingi proses peralihan anak dari Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) menuju Sekolah Dasar (SD), seakan menjadi bagian tak terpisahkan dalam kisah kehidupan keluarga di seluruh pelosok Indonesia.

Direktur Pendidikan Anak Usia Dini, Ditjen PAUD Dikdasmen, Kemendikbudristek, Komalasari, mengatakan dalam mendampingi proses peralihan ini para orang tua merasa harus siap siaga dengan segala sesuatunya supaya anak tampil sempurna pada hari-hari pertama sekolahnya. Mulai dengan mempersiapkan seragam terbaik, membelikan tas model terbaru, buku tulis dan gambar lengkap, pensil dan krayon berikut kotaknya, tidak luput kotak bekal makan serta tumbler dengan ragi dan corak sesuai kesukaan anak.

"Mempersiapkan segala kelengkapan ini tentu tidak ada salahnya. Sebagai orang tua, kita perlu mempersiapkan proses awal masuk sekolah dengan baik, agar sang buah hati mendapat kesan pertama membahagiakan, sehingga berimbas pada proses belajar lebih nyaman dan menyenangkan," kata Komalasari.

"Kesan ini akan sangat berdampak utamanya pada anak usia dini. Pengalaman, suasana, dan proses yang menyenangkan ketika pertama kali memasuki sekolah sangat berpengaruh membentuk persepsi mereka terhadap proses belajar di kemudian hari. Hal ini akan memberi stimulus dalam pikiran mereka, bahwa belajar merupakan proses membahagiakan, sehingga keinginan untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat secara tidak langsung akan tertanam sejak dini," ujarnya.

Dia melanjutkan, tapi di luar sukacita pendampingan dengan mempersiapkan segala kelengkapan perangkat sekolah anak, penting harus diperhatikan orang tua, memastikan suasana lingkungan pada masa transisi dari PAUD ke SD dapat menghadirkan suasana menyenangkan bagi mereka. Sebab lingkungan sekolah yang baik akan berdampak positif pada proses, hasil belajar, termasuk kesehatan mental anak. Gerbang masuk utama untuk memberikan pengalaman menyenangkan yang akan terus mereka kenang tentang sekolah adalah Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). Pada gerbang masuk utama tersebut, orang tua turut memang kunci, turut memainkan peran utama selain warga sekolah.

​Sesuai amanah Permendikbud no 18 tahun 2016, MPLS bertujuan untuk mengenali potensi diri peserta didik baru, serta membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya. Antara lain terhadap aspek keamanan, fasilitas umum, dan sarana prasarana sekolah. MPLS juga bertujuan untuk menumbuhkan motivasi, semangat, dan cara belajar efektif sebagai peserta didik baru, mengembangkan interaksi positif antar peserta didik dan warga sekolah lainnya.

Lebih lanjut, MPLS juga bertujuan menumbuhkan perilaku positif antara lain kejujuran, kemandirian, sikap saling menghargai, menghormati keanekaragaman dan persatuan, kedisiplinan, hidup bersih dan sehat untuk mewujudkan peserta didik yang memiliki nilai integritas, etos kerja, dan semangat gotong royong.

Periode krusial transisi anak

Ilustrasi siswa berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Foto: Toto Santiko Budi/Shutterstock
Ilustrasi siswa berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki. Foto: Toto Santiko Budi/Shutterstock

Konsensus internasional terkini menyatakan periode anak usia dini meliputi usia nol hingga delapan tahun (UNESCO, World Conference, 2022). Pemerintah Indonesia juga turut merujuk konsensus tersebut dengan mengkategorikan peserta didik pada kelas awal (kelas 1 dan 2) sekolah dasar masuk dalam periode anak usia dini.

Perluasan pemaknaan periode anak usia dini ini menjadi alasan mengapa suasana belajar di satuan PAUD dan pendidikan dasar kelas awal perlu dihadirkan serupa karena menyasar target peserta didik yang sama. Pembelajaran pada SD/ MI kelas awal perlu disesuaikan dengan metode pembelajaran yang memfasilitasi anak memiliki pemaknaan terhadap proses belajar yang positif. Sehingga, MPLS menjadi periode yang sangat krusial untuk memastikan proses transisi dari PAUD ke SD akan menyenangkan.

"Masa ini adalah kesempatan bagi satuan pendidikan untuk memudahkan proses adaptasi yang harus dilalui anak. Baik proses adaptasi dari lingkungan rumah ke lingkungan belajar di satuan pendidikan, maupun proses adaptasi dari satuan PAUD ke satuan SD/MI," katanya.

Hal ini, lanjut dia, dapat terjadi saat waktu perkenalan antara satuan pendidikan, peserta didik, dan keluarga cukup. Masa ini juga kesempatan bagi satuan pendidikan untuk mengenal peserta didiknya, utamanya titik berangkat capaian perkembangannya. Terdapat dua hal yang perlu dilihat perubahannya pada masa perkenalan di tahun ajaran baru. Pelaksanaan MPLS yang berkualitas, akan membantu guru-guru dalam mempersiapkan rencana pembelajaran yang lebih sesuai dengan kebutuhan di kelasnya masing-masing.

"Lalu apa yang perlu dilakukan satuan pendidikan dalam periode MPLS? Gerakan Transisi PAUD ke SD mendorong dalam MPLS dilakukan fase pengenalan lingkungan belajar, dan selanjutnya proses asesmen awal. Hal tersebut untuk memastikan agar proses adaptasi dan pengenalan terhadap capaian peserta didik dapat dilaksanakan melalui penerapan berbagai kegiatan yang tidak menggali informasi ini secara instan, seperti tes. Satuan pendidikan dapat menerapkan waktu perkenalan yang lebih sesuai dengan kebutuhan," tuturnya.

Pertama, pada periode perkenalan satuan pendidikan dapat melakukan kegiatan yang memfasilitasi peserta didik, orang tua untuk saling berkenalan dengan guru dan lingkungan sekolah, serta pengenalan fasilitas, sarana dan prasarana. Peserta didik dapat diajak mengenal warga sekolah seperti teman, pendidik, tenaga kependidikan, dan lainnya. Melalui proses ini, peserta didik memahami bahwa dirinya perlu berbagi lingkungan belajarnya bersama orang-orang tersebut. Kemudian, satuan pendidikan juga dapat melakukan pengenalan fasilitas, sarana dan prasarana (sarpras), serta kegunaannya, peserta didik dapat mengenal dan mengetahui bahwa fasilitas tersebut adalah bagian dari layanan yang diberikan oleh sekolah.

Kedua, dalam masa MPLS satuan pendidikan bisa melakukan asesmen awal sebagai cara sekolah mengenali kebutuhan belajar peserta didik. Melalui asesmen awal ini, sekolah akan memperoleh potret capaian peserta didik yang dapat digunakan sebagai dasar perancangan kegiatan pembelajaran selanjutnya. Asesmen awal tidak dilaksanakan dalam bentuk tes, melainkan dalam bentuk kegiatan pembelajaran. Teknik yang dapat digunakan oleh guru yaitu observasi terhadap perilaku anak yang teramati melalui pelaksanaan kegiatan, terkait kepemilikan kemampuan fondasi dan kebutuhan belajar lainnya. Data yang diperoleh akan digunakan guru untuk merancang kegiatan pembelajaran berikutnya yang lebih sesuai dengan potret kemampuan tiap peserta didik di kelasnya.

Penerapan asesmen awal yang dilakukan minimal selama dua minggu menjadi bagian dari kegiatan pembelajaran. Ini akan membantu guru memiliki waktu yang lebih panjang, sehingga hasil asesmen awal yang dapat lebih lengkap untuk merancang kegiatan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan awal peserta didik baru. Namun penting untuk menjadi catatan, fokus utama kita bukanlah sekadar memenuhi durasi pelaksanaannya. Kita perlu berfokus pada menciptakan proses transisi yang menyenangkan bagi peserta didik. Durasi MPLS dan tahun ajaran baru, pada dasarnya merupakan pengenalan awal, proses ini harus terus berkelanjutan selama tahun pertama sekolah dengan pelibatan seluruh warga sekolah, dengan menghadirkan suasana ekosistem sekolah yang menyenangkan.

Peran Penting Orang Tua

Ilustrasi gedung sekolah. Foto: Shutter Stock
Ilustrasi gedung sekolah. Foto: Shutter Stock

Dia mengatakan, MPLS bukanlah proses yang berakhir di sekolah saja. Lebih dari itu, sejak dari rumah, orang tua dapat mengambil peran penting dengan mempersiapkan peserta didik untuk lebih "siap" ketika mereka memasuki lingkungan belajarnya yang baru, baik di PAUD maupun SD/MI. Kehadiran orang tua dalam masa transisi sekolah baru anak, sangat penting. Utamanya untuk memastikan proses transisi tersebut tidak terjadi hanya di sekolah, dan berhenti ketika di rumah.

Sebagai pintu pertama masa sekolah, disarankan agar pada MPLS, orang tua dapat hadir untuk mengantar anak ke sekolah setidaknya pada hari pertama. Selain agar hari pertama sekolah menjadi tempat perkenalan orang tua sebagai mitra belajar dengan guru kelas, anak pun mendapatkan penguatan dari orang tua untuk memasuki lingkungan baru sehingga tercipta rasa aman dan nyaman pada anak. Selain itu, orang tua dapat mendampingi anak saat akan memulai rutinitas barunya sebagai seorang peserta didik. Orang tua juga dapat secara aktif menanyakan kepada anak tentang pengalaman baru mereka. Ajak anak untuk bercerita bagaimana guru barunya, teman baru dan bagaimana proses interaksi yang terjadi di antara mereka.

Lebih lanjut lagi, orang tua juga dapat mempersiapkan anak dengan menceritakan kegiatan sehari-hari yang akan dilalui anak. Orang tua dapat menceritakan secara sederhana tentang rutinitas barunya, bagaimana konsep belajar di sekolah, bahkan sampai hal-hal kecil seperti membantu anak dalam mempersiapkan tas dan perlengkapan sekolahnya. Hal ini tentu akan memudahkan bagi anak mempersiapkan diri ketika periode masuk sekolah sudah didepan mata. Orang tua juga perlu membangun konsep bahwa guru di sekolah adalah pengganti orang tua. Sehingga harapannya anak menjadi lebih leluasa dalam bertanya, meminta bantuan hingga menyampaikan perasaannya kepada guru di sekolah.

Mengawal Pemenuhan Kemampuan Fondasi Anak

Kebijakan Merdeka Belajar Episode 24 "Gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan" 28 Maret 2023 lalu, menyasar isu utama terkait dengan miskonsepsi penyelarasan pembelajaran PAUD ke SD kelas awal. Gerakan ini hadir karena masih banyaknya satuan pendidikan SD yang memberlakukan tes baca, tulis, dan hitung (calistung) sebagai syarat calon peserta didik masuk pendidikan jenjang SD/MI. Selain itu, juga terdapat patahan antara proses pembelajaran di PAUD dengan di SD kelas awal, padahal di PAUD dan SD kelas awal merupakan masa-masa untuk menguatkan fase pondasi anak.

Melalui target perubahan ketiga pada gerakan, yang menjadi tujuan bersama adalah agar pembelajaran di PAUD dan SD/MI membangun kemampuan fondasi secara utuh. Kemampuan fondasi merupakan kemampuan fondasional yang perlu dimiliki setiap peserta didik sebagai modalnya menjadi pembelajar sepanjang hayat. PAUD atau SD/MI yang belum baik penerapan pembelajaran akan hanya fokus ke pembinaan kemampuan kognitif saja, namun mengabaikan aspek kemampuan fondasi lainnya. Demikian juga sebaliknya, PAUD atau SD/MI yang sudah baik adalah satuan pendidikan yang menyadari bahwa tujuan pembelajaran pada anak usia dini tidak sekadar baca tulis hitung saja, namun membangun dasar-dasar nilai, pengetahuan dan keterampilan fondasi yang diperlukan anak kemudian harinya.

Terdapat 6 kemampuan fondasi anak yang perlu diperhatikan, yaitu mengenal nilai agama dan budi pekerti, keterampilan sosial dan bahasa untuk berinteraksi, kematangan emosi untuk berkegiatan di lingkungan belajar, kematangan kognitif untuk melakukan kegiatan belajar, pengembangan keterampilan motorik dan perawatan diri untuk berpartisipasi di lingkungan belajar secara mandiri, dan pemaknaan belajar yang menyenangkan dan positif.

Tahun ajaran baru dapat menjadi momentum bagi pendidik baik di PAUD maupun SD kelas awal untuk bersama-sama memastikan gerakan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan dapat diterapkan. Mulai dari meniadakan tes baca tulis hitung pada PPDB SD, menerapkan MPLS untuk peserta didik baru sehingga lebih mudah beradaptasi, merancang kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan informasi tentang kebutuhan anak sesuai dengan rambu-rambu asesmen awal yang ada di alat bantu pembelajaran pada dua minggu pertama di awal tahun ajaran baru; dan merancang kegiatan pembelajaran yang menyenangkan untuk membangun kemampuan fondasi.

Terakhir, tidak kalah penting untuk kita memahami bahwa MPLS ini merupakan proses dua arah. Jadi bukan hanya peserta didik yang perlu mengenali guru dan lingkungan sekolah, melainkan guru dan sekolah juga perlu memanfaatkan MPLS ini sebagai kesempatan mengenali peserta didik, utamanya terkait kepemilikan kemampuan fondasi mereka agar guru mendapatkan potret murid-muridnya dan bisa digunakan untuk melakukan penyesuaian pembelajaran selanjutnya.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi telah mengeluarkan beragam alat bantu yang dapat membantu satuan PAUD maupun SD kelas awal untuk menerapkan pembelajaran menyenangkan dan bermakna, yang mengedepankan pemenuhan kemampuan 6 fondasi anak. Alat bantu tersebut dapat diakses melalui laman https://ditpsd.kemdikbud.go.id/transisipaudsd.

Mari penuhi hak pengembangan kemampuan fondasi anak, dengan memberikan dukungan pada gerakan Transisi PAUD ke SD yang Menyenangkan.

(LAN)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar: