terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download

>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:

Viral Kosan Jorok Penuh Barang, Suka Menimbun Barang Termasuk Gangguan Jiwa? - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Viral Kosan Jorok Penuh Barang, Suka Menimbun Barang Termasuk Gangguan Jiwa?
Jul 20th 2024, 07:45, by Masruroh, BASRA (Berita Anak Surabaya)

Tangkapan layar kamar kos jorok yang penuh timbunan barang.
Tangkapan layar kamar kos jorok yang penuh timbunan barang.

Sebuah video yang memperlihatkan kamar kos dipenuhi sampah dan jorok hingga bau menyengat, viral di media sosial. Video ini viral setelah dibagikan oleh akun TikTok @siskavizar. Viralnya video ini memunculkan spekulasi jika penghuni kamar kos tersebut mengidap hoarding disorder, apa itu?

Pakar Keperawatan Jiwa UM Surabaya Uswatun Hasanah menjelaskan, hoarding disorder atau gangguan menimbun barang merupakan kondisi di mana individu memiliki dorongan yang kuat untuk menyimpan barang-barang dianggap penting, namun bagi orang pada umumnya bukanlah sesuatu yang penting.

"Hal ini ditandai dengan perilaku yang sulit berpisah atau membuang barang-barang tersebut," ujar Uswatun dalam keterangannya, seperti dikutip Basra, Sabtu (20/7).

Uswatun mengungkapkan, pada sebuah jurnal yang dipublikasikan pada tahun 2021 studi tentang hoarding disorder telah menjadi subjek studi empiris sistematis dalam psikologi, psikiatri, dan bidang terkait selama hampir 2 dekade. Berdasarkan sejarah studi yang panjang ini, para peneliti menemukan berbagai teori yang terkait dengan perilaku hoarding.

"Istilah hoarding atau penimbunan barang berbeda dengan kolektor yang mengumpulkan barang berdasarkan hobi atau nilainya," imbuhnya.

"Ada pun karakteristik utama hoarding disorder menurut Frost dan Hart ada tiga. Pertama, adanya ketidakmampuan dan kegagalan membuang sejumlah besar barang yang tidak berguna atau nilainya terbatas (tidak bernilai). Kedua, ruang tempat tinggal berantakan sehingga menghambat pergerakan dan aktivitas sehari-hari, munculnya tekanan atau gangguan yang signifikan dalam fungsi fisik maupun psikis akibat timbunan barang," urainya.

Menilik uniknya perilaku hoarding, banyak orang kemudian yang menanyakan apakah perilaku ini termasuk dalam masalah gangguan jiwa atau tidak?

Uswatun menuturkan, pada tahun 2013 American Psychiatric Association mengakui bahwa menimbun barang merupakan gangguan unik di antara gangguan spektrum obsesif-kompulsif yang telah tercatat dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM).

Penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan memenuhi dua dari enam aspek yang terdapat dalam manual tersebut dan tentunya perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut secara spesifik dan detail.

"Melihat fakta bahwa hoarding disorder merupakan salah satu masalah gangguan mental, tentunya penyelesaian masalah tersebut tidak cukup hanya dengan mengatakan 'Tinggal dibuang dan dibersihkan masa gak bisa?'. Hal tersebut tidak dapat dilakukan karena Erich Fromm menggambarkan bahwa 'orientasi penimbunan' dilakukan karena berkaitan dengan keamanan seseorang bergantung pada pengumpulan dan penyimpanan benda-benda tersebut," terangnya.

Uswatun menegaskan, oleh sebab itu untuk menangani atau mengontrol perilaku tersebut, penderita hoarding disorder harus mendapatkan penanganan yang tepat dari profesional kesehatan jiwa, baik melalui pemberian obat-obatan psikofarmaka maupun psikoterapi.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar: