terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download
>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:
Lewat Pameran Speak Up 2, Kids Biennale Ajak Setop Bullying dan Intoleransi - my blog
Jul 20th 2024, 20:22, by Nabilla Fatiara, kumparanMOM
Indonesia masih darurat kasus kekerasan, perundungan (bullying), dan intoleransi yang turut menyasar anak-anak sebagai korbannya. Kejadian-kejadian ini bisa terjadi di lingkungan sekitar anak, seperti tempat tinggal dan bahkan sekolah. Sayangnya, masih banyak anak yang belum berani membicarakan kejadian tidak mengenakkan ini kepada orang-orang di sekitarnya.
Gelisah dengan masalah ini, Creativite Ruang Artspace dan Edukasi sejak tahun 2023 telah menggelar pameran 'Speak Up' yang berfokus pada isu kekerasan seksual pada anak dan remaja.
Ingin isu kekerasan seksual, bullying, dan intoleransi terus digaungkan, maka tahun ini dibentuk Yayasan Kids Biennale Indonesia yang ingin membangun awareness melalui seni kontemporer modern dan aktivitas publik. Tak sampai di situ, sebagai bagian dari Road to Biennale Kids Indonesia yang rencananya dilaksanakan tahun 2025, tahun ini digelarlah pameran seni bertajuk "Speak Up 2: On Bullying and Intolerance".
Isu ini diangkat karena berdasarkan data Kemendikbudristek menemukan bahwa 24,4 persen peserta didik berpotensi mengalami insiden perundungan di sekolahnya.
"Tiga besar dosa pendidikan, disepakati juga oleh Kemendikbud, mengatakan kita darurat kekerasan seksual, bullying, dan intolerance. Makanya kita angkat, ajak anak-anak dan remaja untuk berkontribusi, kritis, dan jadi agen perubahan," tutur Ketua Yayasan Kids Biennale Indonesia sekaligus kurator pameran, Gie Sanjaya, dalam konferensi pers yang digelar di Creativite Indonesia, Neha Hub, Jakarta Selatan, Sabtu (20/7).
Gie menjelaskan, kehadiran pameran seni ini menjadi wadah bagi anak dan remaja berkebutuhan khusus, neurodivergent, dan difabel untuk berpartisipasi sebagai bentuk advokasi dan mengkritisi apa yang ingin mereka sampaikan lewat karya seni. Mulai dari lukisan, video, hingga game.
Mereka diajak untuk berpartisipasi karena ternyata kelompok anak-anak inilah yang nyatanya rentan menjadi korban kekerasan, bullying, dan intoleransi. Dan sebagian dari peserta kali ini merupakan korban atau penyintas bullying dan intoleransi lho, Moms!
"Pameran sekarang ini berlangsung karena banyak data yang didapatkan bahwa anak neurodivergent, difabel, dan special needs paling banyak kena kasus bullying. Mereka kemudian diajak, 'mau enggak buat gambar?'. Kehidupan mereka memang asam garam, meski ada luka tapi harus bangkit. Makanya seharusnya kita bisa bersama-sama merangkul, agar jadi agen perubahan dam ingin mengajak orang lain berubah," jelas Gie.
Diselenggarakannya pameran Speak Up 2: On Bullying and Intolerance mendapat apresiasi dari Perencana Ahli Madya Asdep Perlindungan Khusus Anak dari Kekerasan Kementerian PPPA, Didiek Santosa. Ia menilai kegiatan ini dapat menjadi upaya pendampingan anak-anak agar memiliki masa depan, meski pernah mengalami kejadian yang tidak mengenakkan dalam hidupnya. Lewat seni, Didiek berharap anak-anak jadi memiliki wadah untuk menciptakan inspirasi dalam hidupnya.
"Saya berharap anak-anak sebagai penyintas maupun normal mereka dapat menyalurkan aspirasi bakat seni budaya. Karena tingkat partisipasi anak harus dihargai," ucap Didiek.
Senada, Ketua Komnas Perlindungan Anak DKI Jakarta, Cornelia Agatha, mengingatkan bahwa seni bisa membawa kebahagiaan maupun menyembuhkan. Karena bagi anak-anak, Cornelia menilai mereka masih membutuhkan ruang berkembang, agar ia bisa didengar dan membentuk jati dirinya.
"Bisa juga menjaga kesehatan mental anak untuk bisa memahami perspektif orang lain, memaknai perbedaan. Pun anak bisa jadi mengerti arti penerimaan diri," tutur Cornelia.
"Lewat seni ini bisa membentuk karakter anak, memberi ruang ekspresi, dan baik sekali untuk perkembangan seorang anak menjadi manusia yang lebih bermanfaat dan membawa kebaikan untuk bersama," kata Cornelia.
Total ada 54 anak yang menjadi partisipan pada pameran Speak Up 2: On Bullying and Intolerance, yang berasal dari Jabodetabek dan Pandeglang. Pameran ini juga melibatkan seniman difabel senior, Pak Wi.
Bagi Anda yang ingin melihat langsung pameran seni Speak Up 2: On Bullying and Intolerance, bisa mendatangi Creativite Indonesia, Neha Hub, Jalan Cilandak Tengah No. 11A, Jakarta Selatan. Pameran berlangsung mulai tanggal 21 Juli hingga 10 Agustus 2024. Jangan sampai terlewat, ya!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar