terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download

>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:

Pangan Lokal dan Makan Bergizi Gratis - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Pangan Lokal dan Makan Bergizi Gratis
Jul 5th 2024, 19:01, by ade tanesia, ade tanesia

Bahan pangan lokal di Desa Leworok, Larantuka, Flores TImur (Photo: ade)
Bahan pangan lokal di Desa Leworok, Larantuka, Flores TImur (Photo: ade)

Program unggulan Presiden terpilih Prabowo Subianto adalah makan siang gratis yang kini berubah nama menjadi "makan bergizi gratis." Target dari program ini adalah anak-anak sekolah di Indonesia yang diperkirakan berjumlah 70,5 juta jiwa.

Perubahan nama ini dilandasi oleh asumsi bahwa sarapan pagi saat memulai pelajaran sangat penting untuk bisa mencerna pelajaran. Oleh karena itu makan bergizi gratis rencananya akan diberikan saat makan pagi.

Namun di berbagai daerah di luar jawa, banyak anak-anak sekolah yang harus berjalan jauh dari sekolah ke rumahnya, bahkan terkadang harus menyeberang sungai. Jika mereka berasal dari keluarga miskin maka belum tentu sampai di rumahnya tersedia makan siang.

Sehingga kalau memungkinkan, akan lebih baik jika program makan bergizi gratis ini juga diberikan pada siang hari usai sekolah.

Makan bergizi gratis diharapkan memberikan efek domino. Tak hanya meningkatkan gizi anak, tapi juga meningkatkan ekonomi rumah tangga yang melibatkan ibu-ibu untuk memperoleh pendapatan dalam penyediaan makan di sekolah-sekolah. Namun akan lebih baik jika program ini diterapkan sesuai konteks lingkungan dan budaya masyarakatnya, sehingga tidak seragam.

Sebagai contoh untuk wilayah yang minim produksi beras, maka perlu memanfaatkan menu beragam pangan lokal dari jagung, umbi-umbian maupun kacang-kacangan. Hal ini penting agar anak tidak tergantung pada nasi sementara di wilayahnya tidak cukup subur untuk tumbuhan padi.

Sejak zaman orde baru yang melaksanakan program swasembada beras, ketergantungan pada beras melanda masyarakat Indonesia. Di berbagai tempat diinstruksikan untuk membuat sawah meski ada wilayah yang tanahnya tidak cocok untuk dijadikan sawah.

Seperti yang terjadi pada masyarakat adat di Kalimantan Barat, mereka dipaksa untuk mencetak sawah. Namun padi ternyata tidak bisa tumbuh baik di tanah gambut. Akhirnya mereka kembali dengan sistem ladang bergilir yang tidak menggunakan pupuk. Namun beras sudah terlanjur menjadi makanan bergengsi.

Misalnya di Flores Timur, warga akan berupaya menyediakan beras putih untuk tamu sebagai penghormatan. Padahal olahan jagung dan umbi-umbian tak kalah lezatnya dan cukup berlimpah di wilayah kering tersebut.

Masyarakat di Indonesia timur yang konon makanan pokoknya sagu atau ubi kini berganti dengan beras yang sebagian besar harus dibeli. Saat saya berkunjung ke Halmahera Utara, betapa sulitnya mencari sagu di pasar.

Program makan bergizi gratis sebaiknya tidak memperkuat ketergantungan anak terhadap beras, melainkan mengolah bahan pangan lokal sesuai takaran gizinya. Ketergantungan terhadap beras di wilayah yang minim hasil beras justru rentan mengakibatkan stunting dan kurang gizi pada anak.

Beragam olahan pangan lokal sebagai menu makan bergizi gratis justru bisa menghidupkan kembali budaya kuliner lokal. Mungkin diperlukan pelatihan pengolahan makanan lokal agar anak-anak menyukainya.

Tentunya ahli gizi juga perlu meracik kombinasi dan takaran pangan lokal agar memenuhi gizi anak. Sebagai contoh, sup daun kelor akan sangat baik bagi anak-anak, karena daun kelor mengandung beragam vitamin yang dibutuhkan tubuh.

Daun kelor juga mudah tumbuh sehingga bisa menjadi tanaman rumahan. Untuk daerah Flores Timur yang juga kaya akan umbi-umbian dan jagung telah melahirkan jenis pangan khas seperti Jagong Bose yang sangat lezat.

Menghidupkan pangan lokal juga bisa menghidupkan ekonomi ibu-ibu rumah tangga. Makan bergizi gratis di sekolah tentunya akan bermanfaat jika dikelola oleh masyarakat sendiri, bukan vendor seperti perusahaan katering. Jika para ibu rumah tangga dilibatkan, maka mereka pun terbiasa untuk memasak kembali pangan lokal sebagai menu keseharian keluarga.

Menu pangan lokal kadang dirasakan oleh para ibu terlalu memakan waktu, sehingga tidak jarang mereka membiarkan anak-anak menyantap mie instan, bahkan disantap tanpa dimasak terlebih dulu. Perubahan menu-menu instan inilah yang rentan terjadi kurang gizi pada anak-anak.

Oleh karena itu program makan bergizi gratis harus dilakukan berdasarkan riset awal mengenai budaya pola makan setiap daerah. Berdasarkan riset itulah bisa dilanjutkan dengan riset gizi pangan lokal yang diolah menjadi sajian bergizi bagi anak-anak. (Ade Tanesia, Pegiat Budaya)

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar: