terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download

>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:

Komnas HAM Ungkap Temuan di Kasus Ledakan Amunisi di Garut - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Komnas HAM Ungkap Temuan di Kasus Ledakan Amunisi di Garut
May 23rd 2025, 20:28 by kumparanNEWS

Koordinator Sub Komisi Penegakan HAM Uli Parulian Sihombing dalam jumpa pers di Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (23/5/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan
Koordinator Sub Komisi Penegakan HAM Uli Parulian Sihombing dalam jumpa pers di Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (23/5/2025). Foto: Alya Zahra/kumparan

Koordinator Sub Komisi Penegakan HAM, Uli Parulian Sihombing, mengungkapkan hasil temuan pihaknya terkait peristiwa ledakan pemusnahan amunisi di Garut, Jawa Barat.

Dari peristiwa tersebut, sebanyak 13 orang meninggal dunia. Empat korban di antaranya berasal dari TNI Angkatan Darat sementara sembilan lainnya adalah masyarakat sipil.

Lalu, apa saja yang menjadi temuan Komnas HAM?

21 Warga Sipil Merupakan Pekerja Lepas

Keluarga korban ledakan pemusnahan amunisi menangis saat menunggu pemulangan jenazah di RSUD Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (13/5/2025). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO
Keluarga korban ledakan pemusnahan amunisi menangis saat menunggu pemulangan jenazah di RSUD Pameungpeuk, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (13/5/2025). Foto: Raisan Al Farisi/ANTARA FOTO

Uli mengatakan kegiatan pemusnahan amunisi oleh jajaran Puspalad (Pusat Peralatan Angkatan Darat) TNI AD melibatkan 21 orang warga sipil. Katanya, mereka adalah pekerja harian lepas.

Sementara itu, untuk proses pemusnahan amunisi dibutuhkan setidaknya satu pleton prajurit TNI AD, yang terdiri dari 30-50 anggota.

"Dalam proses pemusnahan amunisi tersebut, biasanya akan melibatkan sekurangnya 1 peleton prajurit TNI-AD, terdiri dari 30-50 prajurit, dan kemudian mendirikan sejumlah tenda untuk menginap prajurit, tenda untuk penyimpanan amunisi yang akan dimusnahkan, dan bahan pendukung lainnya, termasuk dapur umum," jelas Uli dalam konferensi pers, di Kantor Komnas HAM, Jakarta Pusat, Jumat (23/5).

"Kemudian, kegiatan pemusnahan amunisi oleh jajaran Puspalad TNI AD turut melibatkan 21 orang warga sipil, temuan kami, yang dipekerjakan sebagai tenaga harian lepas. Jadi 21 orang terlibat, dilibatkan dalam kegiatan pemusnahan amunisi yang kedaluwarsa," sambungnya.

Dibayar Rp 150 Ribu per Hari Tanpa Peralatan Safety

Peti kayu bekas amunisi tertumpuk di satu area kebun, di kawasan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (14/5/2025). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Peti kayu bekas amunisi tertumpuk di satu area kebun, di kawasan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (14/5/2025). Foto: Robby Bouceu/kumparan

Uli mengatakan, 21 pekerja yang terlibat dibayar upah harian sebesar Rp 150 ribu. Selain itu, tak ada pelatihan dari pihak TNI, sehingga mereka belajar secara mandiri.

Padahal Pedoman PBB hanya mengizinkan keterlibatan pihak sipil dalam kegiatan penanganan atau pemusnahan amunisi dengan syarat keahlian atau kompetensi tertentu.

Pihak TNI juga tidak membekali para pekerja sipil dengan peralatan khusus atau alat pelindung diri dalam melaksanakan pekerjaannya.

"Pada peristiwa tanggal 12 Mei 2025 sejumlah 21 orang dipekerjakan untuk membantu proses pemusnahan amunisi apkir TNI dengan upah rata-rata Rp 150 ribu per hari. Para pekerja diajarkan atau belajar secara otodidak bertahun-tahun, tidak melalui proses pendidikan," ungkapnya.

Ada Perdebatan Sebelum Ledakan

Peti kayu bekas amunisi tertumpuk di satu area kebun, di kawasan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (14/5/2025). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Peti kayu bekas amunisi tertumpuk di satu area kebun, di kawasan Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (14/5/2025). Foto: Robby Bouceu/kumparan

Sebelum terjadi peristiwa ledakan, Uli menuturkan, adanya perdebatan antara Komandan Gudang Pusat Amunisi (Gupusmu) dengan koordinator pekerja atas nama Rustiawan. Rustiawan sudah bekerja selama 10 tahun dalam proses pemusnahan amunisi, baik bersama TNI maupun Polri.

Mereka berdebat mengenai penanganan detonator sisa. Biasanya, pemusnahan detonator sisa dilakukan dengan cara menenggelamkan ke dasar laut untuk mempercepat proses disfungsi. Namun, akhirnya diputuskan untuk ditimbun menggunakan campuran pupuk.

"Kemudian sebelum ledakan sempat ada perdebatan singkat antara Komandan Gupusmu dengan koordinator pekerja atas nama Rustiawan, ini almarhum Rustiawan, mengenai penanganan detonator sisa tersebut. Biasanya akan ditenggelamkan ke dasar laut untuk mempercepat proses disfungsi, namun pada hari tersebut dipilih dengan cara menimbun menggunakan campuran urea, pupuk maksudnya," ungkap Uli.

Drum Berisi Amunisi Tiba-Tiba Meledak

Anggota Brimob berjaga di lokasi jalan menuju okasi pemusnahan amunisi kadaluarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (13/5). Masyarakat dilarang mendekat, saat ini penyisiran untuk sterilisasi masih dilakukan.  Foto: Robby Bouceu/kumparan
Anggota Brimob berjaga di lokasi jalan menuju okasi pemusnahan amunisi kadaluarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Selasa (13/5). Masyarakat dilarang mendekat, saat ini penyisiran untuk sterilisasi masih dilakukan. Foto: Robby Bouceu/kumparan

Saat proses pemusnahan dengan memasukkan drum berisikan amunisi ke dalam lubang, tiba-tiba saja drum tersebut meledak. Sehingga mengenai orang di dalam lubang dan sekitarnya.

"Jadi dimasukkan ke drum dulu, terus kemudian masukin ke lubang, dengan posisi beberapa orang di dalam lubang dan sisanya berada di sekitar lubang dan sedang mengangkut material detonator. Namun, pada saat tersebut drum yang berisi detonator tersebut tiba-tiba meledak," ucap Uli.

Warga Ingin Bawa Sisa Amunisi

Salim (tengah), kakak dari Iyus dan Anwar Munawar, korban ledakan amunisi kadaluarsa yang dimusnahkan di Kabupaten Garut, ditemui di RSUD Pameungpeuk, Selasa (13/5). Foto: Robby Bouceu/kumparan
Salim (tengah), kakak dari Iyus dan Anwar Munawar, korban ledakan amunisi kadaluarsa yang dimusnahkan di Kabupaten Garut, ditemui di RSUD Pameungpeuk, Selasa (13/5). Foto: Robby Bouceu/kumparan

Setiap selesai proses pemusnahan, Komnas HAM menemukan adanya fakta bahwa warga sekitar berkumpul untuk mengambil sisa amunisi. Bahkan ada yang membawa pulang peti bekas amunisi ke rumah masing-masing.

"Nah kemudian setelah selesai tahapan pemusnahan atau peledakan amunisi ditemukan fakta adanya kumpulan warga yang mengambil sisa ledakan dari amunisi tersebut, lazimnya 50 orang berkumpul di sekitar lokasi untuk mengambil atau memungut sisa pemusnahan amunisi. Warga juga sering membawa pulang peti amunisi ke rumah masing-masing untuk digunakan serbaguna," imbuhnya.

Belum ada keterangan dari TNI terkait hal ini. Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI Mayor Jenderal TNI Kristomei Sianturi belum merespons saat dihubungi terkait temuan Komnas HAM ini.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar: