terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download
>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:
Review Film Joker 2: Joaquin Phoenix Menari di Antara Imajinasi dan Kenyataan - my blog
Oct 5th 2024, 15:00, by Vincentius Mario, kumparanHITS
Gotham City, dua tahun kemudian, setelah tragedi pembunuhan Murray Franklin dan Joker dijebloskan ke penjara, cerita masih berlanjut. Joker yakin bahwa membunuh Murray sama dengan membunuh kepahitan masa kecilnya dan membuka akar masalah dalam dirinya.
Di sisi lain, hal ini menjadi tantangan bagi Todd Phillips, sang sutradara. Menciptakan sekuel dari sebuah mahakarya sekelas Joker (2019), bukan perkara yang remeh.
Di satu sisi, kesuksesan Joker secara box office dan penghargaan Academy Awards 2020 menjadi tuntutan di balik produksi. Kategori yang diraih tak main-main, yaitu film terbaik dan aktor terbaik untuk Joaquin Phoenix.
Setelah film selesai, penonton mungkin bakal banyak bertanya, apa yang sebenarnya terjadi pada Joker? Apakah sepatutnya film Joker ditinggalkan menjadi milestone terbesar tanpa harus dibuat sekuel?
Seperti Film Musikal
Joker: Folie a Deux atau Joker 2 tak ubahnya sebuah film musikal. Hampir 50 persen adegan musikal digambarkan sebagai delusi dari Arthur Fleck alias Joker.
Joker 2 juga tak menampilkan adegan aksi yang banyak, juga tak menampilkan sosok Fleck sebagai pembunuh berdarah dingin (kecuali di bagian imajinasinya).
Pada intinya, film ini mengambil latar waktu dua tahun setelah kejadian pada film pertama. Arthur Fleck kini menjadi pasien di Arkham Asylum sambil menunggu sidang atas lima kasus pembunuhan yang dilakukannya, termasuk Murray Franklin saat siaran langsung.
Di situ, Fleck bertemu Lee, Harleen Quinzel atau Harley Quinn, yang diperankan oleh Lady Gaga. Lee adalah seorang pasien yang memiliki obsesi soal kejahatan Joker.
Fleck digambarkan harus menghadapi delusi antara realitas dan imajinasi, sambil menantikan keadilan dari kejahatan yang telah dilakukannya.
Penampilan Joaquin Phoenix
Tak perlu diragukan lagi, rasanya karakter Joker memang jodoh bagi Joaquin Phoenix. Aktor 49 tahun itu berhasil membawakan gerak-gerik, tatapan mata, tutur kata, hingga tingkah laku yang sangat pas pada porsinya.
Fleck adalah lambang kesedihan mendalam. Hal ini membuat penonton menantikan keadilan untuk sang Joker. Bagi masyarakat Gotham City, Fleck adalah sosok penjahat yang diagungkan dan dianggap sebagai inspirasi melawan sistem masyarakat.
Penampilan Lady Gaga
Lady Gaga tampil maksimal sebagai Lee. Dia mampu membawakan ketegangan dalam film sebagai individu yang bebas, cerdas, sekaligus manipulatif.
Selain berakting dan bernyanyi, kehadiran Gaga bisa disebut sebagai daya tarik yang perlu dicermati dari film ini.
Beberapa Elemen dari Film Pertama
Ada elemen dari film pertama yang kembali dihadirkan di Joker 2. Elemen ini menciptakan efek nostalgia sendiri bagi penonton.
Zazie Beetz, Leigh Gill, dan Sharon Washington hadir kembali dengan karakternya di film pertama. Mereka tampil sebagai saksi dalam pengadilan Fleck.
Ada juga lagu "That's Life" yang dipopulerkan Frank Sinatra, hingga tarian khas Joker dari film pertama.
Antiklimaks
Sayangnya, sajian akhir atau ending dari film ini menjadi antiklimaks. Joker 2 seolah tak menghadirkan rasa keadilan yang sebenarnya bagi karakter Fleck. Fleck diframming sebagai penjahat biasa yang lahir dari ganasnya Gotham City.
Padahal, justifikasi bagi Joker telah dibangun sejak film pertama. Ending film ini sekaligus menegasikan anggapan penonton bahwa Joker siap melakukan aksi kejahatan dan menjelma jadi superhero yang membuat Batman kerepotan.
Pada akhirnya, meski berhasil menjadi sekuel yang berbeda dan unik, Joker: Folie a Deux tak menghasilkan kesan mendalam seperti film pertama.
Sekali lagi, saya sendiri bertanya-tanya, apa memang perlu Joker 2 diproduksi? Atau memang sepatutnya selesai di film pertama agar mempertahankan keanggunan karya Joker?
Setidaknya, penonton patut berterima kasih kepada Todd karena film ini memang menjawab beberapa pertanyaan yang tak terjawab di film pertama. Salah satunya, Arthur Fleck tidak mungkin pantas menjadi Joker lawan Batman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar