terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download

>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:

Konflik Israel-Palestina dan Enemy Construction - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Konflik Israel-Palestina dan Enemy Construction
May 30th 2024, 07:58, by Dimas Sigit Cahyokusumo, Dimas Sigit Cahyokusumo

Api berkobar setelah serangan Israel di daerah yang diperuntukkan bagi pengungsi Palestina di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Rafah di Jalur Gaza selatan (26/5/2024). Foto: REUTERS melalui REUTERS TV
Api berkobar setelah serangan Israel di daerah yang diperuntukkan bagi pengungsi Palestina di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas di Rafah di Jalur Gaza selatan (26/5/2024). Foto: REUTERS melalui REUTERS TV

Melihat konflik antara Israel dan Palestina hari ini sungguh amat menyedihkan. Mengingat telah banyak warga sipil yang tidak berdosa ikut menjadi korban kerakusan segelintir orang akan kekuasaan. Tulisan ini sejatinya tidak ingin membahas terlalu dalam mengenai konflik tersebut, mengingat begitu kompleksnya konflik ini sehingga harus melibatkan berbagai pandangan atau pihak untuk menyelesaikannya.

Tulisan ini sejatinya hanya ingin membahas terkait dengan teori konflik enemy construction dengan contoh konflik Israel-Palestina secara umum. Sehingga teori ini bisa digunakan juga untuk membaca fenomena konflik terkait situasi yang sama di tempat yang berbeda. Enemy construction sejatinya merupakan teori terkait dengan konstruksi musuh, yakni membangun citra negatif terhadap masyarakat, individu, atau kelompok. Menurut filsuf politik Argentina Ernesto Laclau dan Chantal Mouffe kontruksi musuh dapat dibangun dan dibentuk melalui strategi wacana (Narwaya, 2021).

Agar sebuah strategi wacana berjalan dengan baik dan menjadi dominan, ia akan selalu menyingkirkan wacana yang berbeda. Sebab tidak ada wacana yang dapat dibentuk tanpa melalui proses ekslusi (penyingkiran) terhadap wacana lain. Ada beberapa bentuk penyingkiran wacana dalam teori konstruksi musuh, yakni yang dikenal dengan istilah:

Chosenness, yakni keterpilihan
Glory, yakni kejayaa
• Trauma
Selain itu juga ada istilah:
• Dualisme
Monicheisme, yakni adanya dikotomi antara yang benar dan yang salah
Armagedon, yakni pertarungan antara yang baik dan yang salah

Membaca Konflik Israel Melalui Enemy Consturction

Dalam konflik Israel pembacaan tentang konstruksi musuh bisa diurai melalui Sejarah panjang yang menyertainya. Awal mula Inggris menguasai wilayah yang kini dikenal sebagai Palestina setelah mengalahkan Kesultanan Ottoman, penguasaan wilayah Timur dalam Perang Dunia Pertama (PD I). Wilayah ini dihuni oleh minoritas Yahudi dan mayoritas Arab. Namun ketegangan antara kedua etnis yang tinggal di wilayah itu meningkat, sehingga komunitas internasional memberi tugas kepada Inggris untuk mendirikan "rumah nasional" bagi orang Yahudi di Palestina.

Keputusan ini merujuk pada Deklarasi Balfour yang ditandatangani pada 1917. Deklarasi ini dinamakan demikian karena kesepakatan Arthur Balfour selaku Menteri Luar Negeri Inggris dengan komunitas Yahudi di Inggris. Bagi orang-orang Yahudi, Palestina adalah rumah bagi leluhur mereka, namun komunitas Arab di Palestina juga mengeklaim wilayah tersebut (BBC, 24).

Melalui wacana saling klaim ini, Yahudi atau yang tergabung dalam Zionis Israel mengeklaim atau merasa memiliki bahwa tanah Palestina adalah tanah yang dijanjikan Tuhan kepada mereka. Sikap merasa terpilih (chosennes) inilah yang membuat Zionis Israel memandang dirinya berhak atas tanah Palestina dan menganggap orang Palestina adalah musuh yang harus dihilangkan.

Sikap merasa keterpilihan ini atau merasa paling superior atas suku, bangsa, atau masyarakat tertentu sebenarnya juga terjadi di dalam ruang lingkup sekitar kita, seperti kaum pribumi dan etnis Cina. Kita membangun persepsi buruk atau negatif terhadap pihak lain yang berpotensi merugikan diri kita atau komunitas kita.

Melalui klaim sepihak Zionis Israel, Israel merasa dirinya harus bisa mengembalikan masa lalunya, bahwa tujuan mereka mendirikan negara "Israel Raya" untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Daud yang merupakan masa keemasan Bani Israel di masa lalu.

Sikap merasa jaya atau glory inilah yang membuat Zionis Israel merasa perlu menghancurkan dan menghilangkan rakyat Palestina. Sikap kejayaan ini, sejatinya juga bisa terjadi pada lingkungan kita sendiri, seperti bayang-bayang masa lalu kita yang penuh keindahan, kejayaan, dan kedamaian, tiba-tiba lenyap karena hadirnya orang atau komunitas lain yang menghancurkan mimpi-mimpi indah di masa lalu. Di bawah bayang-bayang masa lalu yang utopis Zionis Israel sejatinya telah menghancurkan harapan, keindahan, dan kedamaian rakyat Palestina.

Selain itu, sikap merasa terpilih dan pernah jaya juga dibayang-bayangi oleh rasa trauma di masa lalu. Selama ini, Yahudi yang tergabung dalam Zionis Israel telah merasakan bagaimana dirinya disingkirkan bahkan dilenyapkan melalui Holocaust oleh Nazi Jerman. Perasaan luka ini secara tidak langsung telah membuat Zionis Israel gelap mata, seakan-akan kehancurannya harus dibalas dengan menghilangkan nyawa rakyat Palestina. Merasa dirinya tidak memiliki tempat atau tanah kemudian secara brutal merebut dan mengambil tanah yang seharusnya milik bersama.

Ketiga sikap di atas, yakni keterpilihan, kejayaan, dan trauma sejatinya akan menghasilkan apa yang disebut dengan dualisme, yaitu merasa diri saya, masyarakat saya, bangsa saya, etnis, dan suku saya terpilih dan menyalahkan pihak lain yang dianggapnya tidak terpilih, buruk, dan harus disingkirkan. Sehingga kenyataan ini akan melahirkan dikotomi (monicheisme), yaitu superiority complex suatu sikap merasa dirinya paling benar. Kenyataan ini sejatinya telah dilakukan oleh Zionis Israel dalam mempengaruhi mata internasional, dimana melalui aksi brutal menghancurkan dan membunuh rakyat Palestina, Zionis Israel merasa tindakannya benar dan rakyat Palestina salah.

Fenomena dikotomi antara pihak yang merasa benar dan pihak yang dianggap salah sejatinya juga terjadi pada kasus terorisme, di mana dalam pandangan para teroris segala yang berkaitan dengan Barat dianggap musuh yang harus dilenyapkan. Maka dengan adanya sikap dikotomi ini, perang antara yang merasa baik dan yang dianggap salah (armagedon) akan selalu mewarnai kehidupan kita. Hidup yang seharusnya untuk saling bersama dan mengenal sebagaimana firman Allah Swt dalam surat Al-Hujarat ayat 13; "Menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal". Berubah menjadi hidup yang penuh ketakutan, kesengsaraan, dan kekerasan. Hidup damai tanpa penindasan seakan-akan hanya mimpi, seolah-olah dunia ini hanya milik mereka yang merasa paling benar, rakus, dan penuh tipu daya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar: