terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download

>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:

Pertamina Diminta Perluas Produksi BBM Euro 4, Bakal Disubsidi & Kompensasi - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Pertamina Diminta Perluas Produksi BBM Euro 4, Bakal Disubsidi & Kompensasi
Sep 13th 2024, 08:44, by Nicha Muslimawati, kumparanBISNIS

Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin di Menara Kadin Indonesia pada Jumat (15/12/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan
Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Bidang Kemaritiman dan Investasi Rachmat Kaimuddin di Menara Kadin Indonesia pada Jumat (15/12/2023). Foto: Widya Islamiati/kumparan

Kementerian Koordinator Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) menyebut mendukung Pertamina untuk memperbanyak produksi Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan standar Euro 4.

Adapun Pertalite dan Pertamax masih memiliki sulfur maksimal 500 ppm. Padahal, Indonesia sudah harus menerapkan batas sulfur 50 ppm atau standar Euro 4.

Sat ini, baru ada tiga produk dari Pertamina yang memenuhi standar Euro 4, yakni Pertadex 53, Pertamax Green 95, dan Pertamax Tubo 98. Namun, jenis BBM ini hanya tersedia terbatas di Surabaya dan Jakarta.

"Kita merasa sangat penting dan urgent untuk pemerintah mendukung Pertamina untuk menyediakan BBM berkualitas untuk memenuhi standar BBM yang lebih tinggi," ungkap Deputi Bidang Koordinasi Infrastruktur dan Transportasi Kemenko Marves Rachmat Kaimuddin saat diskusi bersama para awak media di Kantor Kemenko Marves, Jakarta Pusat pada Kamis (12/9).

Walau begitu, proses ini membutuhkan pembiayaan untuk peningkatan kapasitas standar produksi di kilang Pertamina. Jika harus impor, Rachmat menyebut biayanya tinggi.

"Untuk membuat BBM Euro 4 perlu biayanya, diperlukan upgrade kilang, kalau impor, impor prosesnya sendiri membutuhkan biaya yang tinggi," lanjutnya.

Ilustrasi Pertamax Green 95. Foto: Dok. Istimewa
Ilustrasi Pertamax Green 95. Foto: Dok. Istimewa

Rachmat menyebut gas buang kendaraan telah menjadi penyumbang utama polusi di lintas musim. Maka dari itu, penggunaan BBM subsidi rendah sulfur merupakan usaha untuk menangani masalah polusi udara. Ia menyebut, pemerintah akan mendukung langkah Pertamina untuk memperbanyak produksi BBM standar Euro 4 melalui subsidi dan kompensasi.

Tentu ini harus kita berikan support, jadi ini yang menjadi isu, kita ingin Pertamina produksi, tapi harus bisa diberikan subsidi dan kompensasi," kata Rachmat.

Ia juga menjelaskan kilang Pertamina juga diharap memiliki standar Euro 5. Dengan begitu, secara otomatis kilang tersebut juga dapat memproduksi Euro 4.

"Yang saya tahu harusnya Pertamina ini kilangnya dibuat standar Euro 5, jadi kalau sudah bisa Euro 5, dia bisa jadi Euro 4 sebenarnya. Ke depan kalau industrinya bisa Euro 5 bisa, at least dari sulfur Euro 5 sama Euro 6 sama," terangnya.

Ke depan, Rachmat berharap agar penerapan standar bahan bakar Euro 4 dapat diterapkan secara nasional pada tahun 2028 atau akhir 2027, utamanya di daerah yang memiliki tingkat polusi yang parah.

"Memang ini adalah suatu investment yang besar, sebenarnya roadmap itu sudah ada, cuma mungkin peraturannya Euro 4 berlaku nasional di 2028 atau akhir 2027, yang kita dorong kalau ada kilang yang sudah siap silahkan produksi terutama di Jakarta atau daerah yang parah polusinya," pungkasnya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar: