terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download
>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:
Rangkaian Drama Kampanye Pemilu AS: Penembakan Trump hingga Majunya Kamala - my blog
Nov 3rd 2024, 11:16, by Tiara Hasna R, kumparanNEWS
Seperti perhelatan pemilu Amerika Serikat pada umumnya, kampanye tahun 2024 pun dipenuhi drama. Dalam enam bulan, isu pengadilan hingga debat panas telah menguji dua kandidat utama: Donald Trump dan Kamala Harris.
Dirangkum dari berbagai sumber, berikut rangkaian momen penting yang terjadi jelang hari Pemilu AS, 5 November mendatang.
Vonis Trump dan Dukungan yang Tetap Kuat
Pada 30 Mei, Donald Trump mencatat sejarah sebagai mantan presiden pertama yang dihukum atas tindak pidana berat di AS.
Ia dinyatakan bersalah atas 34 dakwaan, termasuk pemalsuan catatan bisnis untuk menyembunyikan pembayaran uang tutup mulut kepada seorang bintang porno, Stormy Daniels.
Meski menghadapi vonis, tidak ada aturan yang melarang Trump mencalonkan diri lagi, dan Partai Republik justru semakin solid mendukungnya, meski ia masih terjerat tiga kasus pidana lainnya.
Drama Debat Pertama
Penampilan Joe Biden pada debat 27 Juni memperkuat keraguan publik tentang kelayakannya sebagai calon presiden dari Demokrat.
Dalam debat tersebut, Biden kerap kehilangan alur bicara dan terlihat kurang fit, yang kemudian memicu spekulasi akan kemundurannya.
Namun, Biden hanya menganggap momen itu sebagai "malam yang buruk".
Meski begitu, beberapa donor dan pejabat senior Demokrat mulai menekan Biden untuk mundur, sementara Trump semakin unggul dalam jajak pendapat pasca-debat.
Upaya Pembunuhan Trump di Pennsylvania
Saat Trump berkampanye di Pennsylvania pada 13 Juli lalu, suasana mencekam terjadi setelah terdengar suara tembakan di tengah orasinya.
Capres berusia 81 tahun itu tertembak dan terluka ringan di bagian telinga, namun ia segera bangkit dan berteriak, "Lawan, lawan, lawan!"
Momen ini menjadi salah satu gambar ikonik di sejarah politik AS. Pelaku, Thomas Matthew Crooks, tewas di tempat setelah ditembak Secret Service.
Pengunduran Diri Biden
Sepekan usai percobaan pembunuhan terhadap Trump, Biden mengumumkan tak akan mencalonkan diri lagi di Pemilu AS. Ia pun menyampaikan dukungan penuh untuk Wakil Presiden AS Kamala Harris sebagai calon penerusnya.
Dua minggu kemudian, Kamala resmi menjadi kandidat presiden dari Demokrat, menjadikannya perempuan kulit 'berwarna' pertama yang mendapatkan tiket partai besar di AS.
Dikutip dari AFP, semenjak itu dukungan untuk Kamala terus meningkat pesat. Ia merebut kembali suara yang sempat hilang ke Trump, terutama di sejumlah negara bagian kunci.
Kejadian Tembakan Kedua Trump di Lapangan Golf Florida
Trump kembali mengalami insiden penembakan pada 15 September saat bermain golf di Florida.
Pria bersenjata bernama Ryan Routh melarikan diri setelah melihat agen Secret Service bersiaga. Trump selamat tanpa cedera.
Puncak Kampanye Trump vs Kamala
Debat perdana yang mempertemukan Kamala dan Trump pada 10 September menjadi momen krusial. Menurut sejumlah survei, malam itu Kamala dinilai sukses mengungguli Trump.
Duel sengit keduanya mencapai klimaks seminggu menjelang Hari Pemilihan dengan berbagai upaya kampanye.
Trump sempat menjadi koki di McDonalds dan membagikan kentang goreng gratis untuk para pendukungnya, sementara Kamala menyambangi dua gereja di wilayah esensial Georgia.
Pada Minggu (27/10), Trump menggelar kampanye terbuka di arena Madison Square Garden, New York, yang dipadati pendukungnya. Namun, acara tersebut menuai kecaman akibat candaan bernada rasis.
Salah satu pembicara di acara itu membuat pernyataan kontroversial dengan menyebut Puerto Rico sebagai "sampah".
Kritik datang dari berbagai kalangan, menilai komentar tersebut tidak pantas dan menyulut ketegangan etnis di tengah panasnya kampanye.
Dua hari kemudian, Selasa (29/10) Kamala menggelar kampanye terbesar dalam kampanyenya di National Mall, Washington DC yang menarik puluhan ribu pendukung.
Dukungan tersebut disebut-sebut sebagai bukti lonjakan popularitas Kamala menjelang hari pemilihan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar