terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download

>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:

Berbincang Langsung dengan Haenyeo, Penyelam Perempuan Tangguh di Pulau Jeju - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Berbincang Langsung dengan Haenyeo, Penyelam Perempuan Tangguh di Pulau Jeju
Nov 4th 2024, 11:03, by Andari Novianti, kumparanTRAVEL

Salah satu Haenyeo senior, Han Soon Hwa, usai berbincang dengan kumparan dan beberapa jurnalis lain di Pulau Jeju, Korea Selatan. Foto: Gadi Kurniawan Makitan/kumparan
Salah satu Haenyeo senior, Han Soon Hwa, usai berbincang dengan kumparan dan beberapa jurnalis lain di Pulau Jeju, Korea Selatan. Foto: Gadi Kurniawan Makitan/kumparan

Orang-orang yang familiar dengan budaya Korea Selatan mungkin akrab dengan istilah Haenyeo. Secara harfiah, istilah itu berarti perempuan laut.

Istilah ini disematkan pada para penyelam wanita ulung di Pulau Jeju, yang terletak di selatan Semenanjung Korea. Mereka terkenal karena mampu menyelam tanpa tabung oksigen hingga ke kedalaman hingga 10 meter, untuk memanen hasil laut demi menafkahi keluarga.

Sekalipun ketangguhan dan kepahlawanan mereka adalah kebanggaan Pulau Jeju, namun jumlah mereka makin sedikit. Tidak banyak generasi muda yang ingin meneruskan warisan budaya ini.

kumparan berkesempatan berbincang langsung dari salah satu haenyeo senior di Pulau Jeju, dalam perjalanan yang diorganisasi Jeju Tourism Organization dan maskapai Scoot.

Bermula dari Suami yang Meninggal

Dilansir Visitjeju.com, profesi haenyeo sudah berusia satu milenial. Awalnya, laki-laki dan perempuan di Pulau Jeju sama-sama menyelam. Laki-laki menangkap kerang abalon, sementara perempuan memanen rumput lalu.

Seiring berjalannya waktu, banyak laki-laki meninggal karena melaut. Para istri pun mengambil alih pekerjaan mendiang suami mereka.

Ilustrasi haenyeo, para penyelam perempuan dari Pulau Jeju, Korsel. Foto: Shanae Ennis-Melhado/Shutterstock
Ilustrasi haenyeo, para penyelam perempuan dari Pulau Jeju, Korsel. Foto: Shanae Ennis-Melhado/Shutterstock

Menyelam lalu menjadi profesi para perempuan ini. Profesi ini sangat menjanjikan, karena panen hasil laut mendatangkan penghasilan yang besar.

Park Geun Hyeon, penanggung jawab program Tur Desa Haenyeo di salah satu desa di Pulau Jeju, mengatakan bahwa para haenyeo-lah yang mengangkat perekonomian Pulau Jeju yang saat itu masih miskin.

"Karena haenyeo, desa-desa di Jeju menjadi sejahtera dan berkembang," ujarnya.

Park Geun Hyeon, penanggung jawab Tur Desa Haenyeo, Pulau Jeju, bersama salah satu Haenyeo, Han Soon Hwa. Foto: Gadi Kurniawan Makitan/kumparan
Park Geun Hyeon, penanggung jawab Tur Desa Haenyeo, Pulau Jeju, bersama salah satu Haenyeo, Han Soon Hwa. Foto: Gadi Kurniawan Makitan/kumparan

Selain membawa peningkatan ekonomi, haenyeo juga dihormati, karena nilai kebersamaan, serta penghormatan mereka terhadap alam. Mereka membatasi waktu panen laut demi keberlangsungan, dan mempertahankan teknik freediving untuk menghormati keterbatasan tubuh manusia.

Pada 2016, haenyeo masuk dalam Daftar Warisan Budaya Dunia Tak Benda UNESCO, karena nilai-nilai ketangguhan, ramah lingkungan, serta pemberdayaan perempuan yang diusung komunitas Haenyeo.

Jumlah Haenyeo di Pulau Jeju Menyusut

Dilansir UNESCO, jumlah haenyeo pernah mencapai 20 ribu orang. Namun, pada 2023 menyusut jadi sekitar 3 ribu.

kumparan bersama beberapa jurnalis yang diundang ke Jeju oleh Jeju Tourism Organization dan maskapai Scoot berkesempatan berbincang dengan salah satu haenyeo senior yang berusia 75 tahun, Han Soon Hwa, soal menyusutnya jumlah haenyeo.

Han Soon Hwa mengatakan, saat ini haenyeo termuda berusia 63 tahun. Tidak ada lagi generasi muda yang berminat menjadi haenyeo.

Salah satunya faktornya adalah kondisi laut yang sudah berubah. Menurut Han Soon Hwa, pemanasan global membuat suhu air menjadi lebih hangat. Akibatnya, hasil laut tidak sebanyak dulu.

"Dulu kami naik kapal ke tengah laut dan mendapatkan banyak keong laut. Sekarang, susah sekali mendapatkannya," ujar Han.

Penyelam wanita tradisional di Pulau Jeju, juga disebut Haenyeo. Foto: Shutterstock
Penyelam wanita tradisional di Pulau Jeju, juga disebut Haenyeo. Foto: Shutterstock

Pendapatan haenyeo pun lebih kecil dibandingkan masa kejayaannya dulu. Sekarang, menurut Han, bahkan pemerintah sampai harus mensubsidi haenyeo. Setiap satu kilogram keong laut yang mereka tangkap, pemerintah memberikan 1.000 won (Rp 11.300).

Selain itu, haenyeo yang berusia di bawah 70 tahun mendapatkan subsidi 100.000 won (Rp 1,2 juta) setiap bulan. Sedangkan yang berusia di atas 70 tahun diberi 200.000 won (Rp 2,4 juta).

Han mengaku sedih, karena jumlah haenyeo semakin menyusut dan bahkan terancam punah. Sebab, bagi Han, haenyeo melambangkan kerja keras.

"Generasi kami bekerja sepanjang hari. Setelah menyelam, kami bekerja di kebun. Setelah bekerja di kebun, kami kembali menyelam," tutur Han.

Menurut Han, generasi muda sekarang memilih menghindari kerja keras. Itu juga yang membuatnya sedih.

Usaha Melestarikan Budaya Haenyeo

Sadar akan bahaya kepunahan budaya haenyeo, pemerintah Pulau Jeju dan Korea Selatan telah melakukan usaha-usaha melestarikan budaya ini.

Salah satu usaha mereka adalah membuat sekolah haenyeo. Para haenyeo melatih perempuan-perempuan yang berminat memiliki keterampilan freedive untuk memanen hasil laut.

Salah satu diorama di Museum Haenyeo, Pulau Jeju, Korea Selatan. Foto: Gadi Kurniawan Makitan/kumparan
Salah satu diorama di Museum Haenyeo, Pulau Jeju, Korea Selatan. Foto: Gadi Kurniawan Makitan/kumparan

Selain itu, ada pula museum haenyeo di Pulau Jeju. Museum ini mengabadikan budaya haenyeo dengan cara yang menarik.

Selain foto-foto dan artefak haenyeo, ada pula replika rumah haenyeo pada masa lampau, di mana banyak cerita soal kebiasaan Haenyeo bisa digali. Menurut Park Geun Hyeon, budaya ini sangat penting bagi Jeju, sehingga harus dilestarikan.

"Saya sangat suka dengan perkataan, "Jeju dibangun oleh haenyeo'," pungkasnya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar: