terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download
>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:
Peringatan 75 Tahun Konvensi Jenewa, Singgung Kemanusiaan dalam Perang - my blog
Aug 13th 2024, 09:24, by Tiara Hasna R, kumparanNEWS
Peringatan 75 tahun Konvensi Jenewa dirayakan di Indonesia. Acara itu mengambil tema "The One Set of Rules We All Agree On,".
Setiap tahunnya hari yang juga disebut hari landasan hukum humaniter internasional ini diperingati setiap tanggal 12 Agustus.
Acara yang dihadiri sejumlah diplomat dan ahli hukum internasional itu berlangsung di Erasmus Huis, Jakarta Selatan, pada Senin (12/8).
Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Lambert Grijns, membuka acara dengan memaparkan sejarah Erasmus Huis yang memiliki keterkaitan erat dengan Konvensi Jenewa 1949.
"Erasmus Huis bukan hanya pusat budaya Belanda di Jakarta, tetapi juga simbol dari nilai-nilai humanis yang diusung oleh Desiderius Erasmus, seorang pemikir besar dari Renaisans Utara. Seperti Erasmus, Konvensi Jenewa juga menekankan pentingnya kemanusiaan, bahkan di tengah situasi paling brutal sekalipun," ujar Grijns selaku tuan rumah.
"Konvensi Jenewa menetapkan standar hukum internasional untuk perlakuan kemanusiaan dalam perang, dan di tengah banyaknya konflik saat ini, topik ini lebih relevan dari sebelumnya," tambahnya.
Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Olivier Zehnder, mengingatkan bahwa Konvensi Jenewa lahir dari kehancuran Perang Dunia II dan masih menjadi landasan penting dalam menjaga kemanusiaan.
"Konvensi Jenewa terus menyelamatkan nyawa dengan menetapkan batas-batas kemanusiaan dalam perang. Menghormati konvensi ini adalah tanggung jawab kita bersama," kata Zehnder.
Ia juga menyoroti pentingnya perlindungan bagi warga sipil dan akses bantuan kemanusiaan yang cepat dan aman di tengah konflik yang terus berlanjut.
Zehnder menegaskan kembali pentingnya Konvensi Jenewa dalam konteks modern.
"Di dunia yang penuh dengan konflik dan kekerasan, Konvensi Jenewa adalah mercusuar harapan dan bukti dari kemanusiaan kita yang terus bertahan. Konvensi ini tidak hanya sebuah dokumen hukum, tetapi juga garis hidup bagi jutaan orang yang terkena dampak perang," jelasnya.
Sementara itu, Dosen Hukum Internasional Universitas Padjajaran, Diajeng Wulan Christianti, memberikan perspektif kritis mengenai penerapan Konvensi Jenewa, terutama dalam konteks konflik di Gaza.
"Kekerasan yang berlanjut di Gaza, Ukraina, Myanmar, dan Sudan menunjukkan bahwa meskipun Konvensi Jenewa memiliki tujuan mulia, efektivitasnya sering kali dipertanyakan. Apakah aturan ini benar-benar memberikan keadilan, atau hanya menambah jumlah korban?" tanyanya.
Dalam pidatonya, Penasihat Senior Kementerian Luar Negeri RI, Robert Matheus Michael Tene, juga menekankan bahwa meskipun sering terjadi pelanggaran terhadap Konvensi Jenewa, aturan ini tetap relevan dan penting.
Sebagai salah satu perwakilan RI, Tene pun berbicara mengenai peran Indonesia dalam memajukan hukum humaniter internasional.
"Konvensi Jenewa bukan hanya teks hukum, tetapi juga kompas moral yang memandu tindakan kita untuk melindungi warga sipil dan kelompok paling rentan dalam setiap konflik bersenjata. Di Gaza, misalnya, semua pihak harus menghormati hukum humaniter internasional tanpa pengecualian," tegasnya.
Setelah serangkaian pidato dari para duta besar dan ahli hukum internasional, para tamu diajak menonton film interaktif berjudul "If War Comes to You".
Film ini membawa penonton ke dalam skenario konflik bersenjata dan menyoroti peran individu dalam menegakkan prinsip-prinsip dasar hukum humaniter internasional.
Penonton diberi kesempatan untuk mempengaruhi alur cerita dengan memilih plot secara online. Film tersebut diproduksi oleh Komite Internasional Palang Merah yang didukung oleh berbagai lembaga Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Eropa, termasuk Palang Merah Swiss.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar