terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download
>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:
Komisi X Soroti Budaya Nyontek di Sekolah-Kampus: Evaluasi Tak Melulu Soal Nilai - my blog
Apr 25th 2025, 19:58, by Wisnu Prasetiyo, kumparanNEWS
Ketua Komisi X, Hetifah Sjaifudin menjawab pertanyaan wartawan di Ruang Rapat Komisi X, Komplek Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Rabu (30/10/2024). Foto: Alya Zahra/kumparan
KPK mengeluarkan hasil Survei Penilaian Integritas Pendidikan Nasional 2024 yang berisi budaya menyontek dan plagiasi terjadi di 78 persen sekolah dan 98 persen kampus di Indonesia. Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian pun menyoroti temuan ini.
Hal ini yang kemudian menciptakan kompetisi yang tidak sehat di antara siswa, yang lebih mengutamakan hasil daripada proses belajar itu sendiri.
"Fenomena ini menunjukkan bahwa pendidikan kita masih terlalu menitikberatkan pada capaian akademik semata. Sementara nilai kejujuran dan tanggung jawab, tampaknya, belum sepenuhnya tertanam kuat dalam diri siswa maupun mahasiswa," kata Hetifah dalam keterangan tertulis, Jumat (25/4).
Menurutnya ini merupakan peringatan serius di dunia pendidikan, seluruh pemangku kepentingan harus melakukan evaluasi terutama dalam membentuk karakter dan integritas.
"Jelas menjadi peringatan serius bagi dunia pendidikan kita. Hal ini harus menjadi bahan evaluasi, bukan hanya pemangku kepentingan bidang pendidikan, tetapi bagi kita semua," katanya.
Hetifah pun mengusulkan agar poin penilaian tidak hanya fokus pada hasil nilai akademik semata, namun juga pendidikan karakter.
Menurutnya sudah seharusnya pendidikan karakter ini masuk dalam kurikulum dan menjadi poin penilaian.
"Tentu harus memperkuat pendidikan karakter secara menyeluruh, tidak hanya melalui kurikulum formal, tetapi juga melalui keteladanan, iklim sekolah yang sehat. Serta sistem evaluasi yang tidak melulu berbasis nilai ujian," kata Hetifah.
"Guru dan dosen perlu menanamkan nilai integritas dalam proses pembelajaran. Fenomena ini adalah peringatan bahwa kita tidak hanya perlu mencetak generasi cerdas, tetapi juga generasi yang jujur dan bertanggung jawab," tutur politikus Golkar itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar