terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download

>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:

Bank Indonesia Diproyeksi Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen Januari 2025 - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Bank Indonesia Diproyeksi Tahan Suku Bunga Acuan 6 Persen Januari 2025
Jan 15th 2025, 12:54, by Muhammad Darisman, kumparanBISNIS

Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock
Ilustrasi Bank Indonesia. Foto: Shutterstock

Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya (BI rate) pada level 6 persen dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan Januari 2025.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede, mengatakan perkiraan tersebut dengan mempertimbangkan kondisi risk-off sentiment di pasar keuangan global yang berpotensi mempengaruhi pergerakan nilai tukar rupiah.

Selain itu, kebijakan mempertahankan suku bunga BI rate juga mempertimbangkan terkendalinya imported inflation akibat pelemahan nilai tukar rupiah.

"Pada RDG bulan Januari 2025, BI diperkirakan akan kembali mempertahankan suku bunga di level 6 persen," kata Josua kepada kumparan, Rabu (15/1).

The Fed telah memotong FFR sebesar 100 bps hingga 4,25–4,50 persen sepanjang tahun 2024 dan FOMC bulan Desember 2024 memperkirakan bahwa di tahun 2025 terdapat potensi penurunan 50 bps.

Hal ini mempertimbangkan kondisi pasar tenaga kerja AS yang cenderung ketat sementara itu ekspektasi inflasi AS cenderung tetap tinggi khususnya mempertimbangkan dampak kebijakan AS ke depannya di bawah pimpinan Donald Trump.

Sebelumnya, BI memutuskan untuk mempertahankan BI Rate di level 6,00 persen pada RDG bulan Desember 2024 karena tekanan terhadap rupiah dan arus modal masuk yang terbatas.

Pergerakan nilai tukar Rupiah dalam jangka pendek ini masih akan dipengaruhi oleh sentiment pasar terhadap kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan Donald Trump yang turut mendorong penguatan dolar AS terhadap mata uang global terindikasi oleh dolar indeks pada keseluruhan tahun 2024 sebesar 7 persen dan penguatan dolar AS masih berlanjut hingga awal tahun 2025 ini dan bahkan sudah menembus level 110.

Penguatan dolar AS tersebut juga diikuti dengan kenaikan yield UST 10 tahun di sepanjang tahun 2024 yang lalu sebesar 69bps ke level 4,57 persen dan kenaikan yield UST pun masih berlanjut hingga awal tahun 2025 ini sekitar 21bps menjadi ke level 4,78 persen.

Rupiah yang masih bertengger di atas Rp16.000 per dolar AS mencerminkan tantangan ekonomi global dan domestik. Melemahnya rupiah terutama disebabkan oleh penguatan dolar AS akibat kebijakan moneter yang cenderung hawkish oleh The Fed meskipun ada penurunan suku bunga.

Petugas menyusun tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO
Petugas menyusun tumpukan uang di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (23/6/2022). Foto: Muhammad Adimaja/ANTARA FOTO

Pasar tetap memandang dolar sebagai aset aman di tengah ketidakpastian global. Rupiah juga terpengaruh oleh penurunan minat investor asing terhadap Surat Berharga Negara (SRBI) pada bulan Desember yang lalu dan faktor ketidakpastian politik global, seperti kebijakan baru AS.

Di awal tahun 2025 ini, investor asing membukukan net sell di pasar saham sekitar USD 181,3 juta, meskipun kepemilikan investor asing pada SBN cenderung meningkat sekitar USD 248,8 juta dan kepemilikan investor asing pada SRBI juga meningkat USD 95,22 juta.

Cadangan devisa Indonesia meningkat menjadi USD 155,7 miliar, memberikan ruang tambahan bagi Bank Indonesia untuk intervensi di pasar valas. Namun, tantangan tetap ada. Intervensi yang terlalu agresif dapat menjadi mahal dan mengurangi fleksibilitas BI dalam menjaga stabilitas likuiditas domestik.

Apalagi, spread suku bunga riil yang tinggi di Indonesia menunjukkan fokus untuk menjaga stabilitas nilai tukar.

Dalam jangka pendek, penguatan dolar AS dan sentimen global dapat terus memberikan tekanan pada rupiah. Namun, dengan cadangan devisa yang solid, BI memiliki kapasitas untuk menjaga volatilitas yang berlebihan.

Prospek jangka panjang tergantung pada kondisi global, termasuk kebijakan moneter AS, perdagangan internasional, dan daya tarik investasi asing di Indonesia. Mempertimbangkan faktor sentiment global terutama kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan Donal Trump yang cukup mendominasi pasar keuangan global termasuk pasar keuangan domestik.

Jika mengacu pada neraca keuangan pada NPI, investasi portofolio diperkirakan masih akan mengalami defisit dalam semester I-2025 ini, meskipun defisit pada neraca investasi portofolio tersebut diperkirakan dapat teroffset dengan surplus pada neraca investasi langsung.

Sementara itu, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan, Bank Indonesia perlu mempertahankan BI rate di level 6,00 pereen pada Rapat Dewan Gubernur pertama di tahun 2025.

"Kami berpendapat bahwa Bank Indonesia perlu mempertahankan BI rate di level 6,00 persen," ujar Riefky dalam laporan Analisis Makroekonomi RDG BI Rabu (15/1).

Pergeseran arah kebijakan moneter mengakibatkan arus modal keluar dari Indonesia sebesar USD0,75 miliar antara pertengahan Desember 2024 dan pertengahan Januari 2025.

Ini termasuk USD 0,12 miliar yang keluar dari pasar obligasi dan USD 0,63 miliar yang mengalir keluar dari pasar saham. Arus keluar dari pasar obligasi mendorong imbal hasil obligasi menjadi lebih tinggi, dengan imbal hasil obligasi tenor 1 tahun naik dari 6,65 persen menjadi 6,83 persen dan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun naik dari 7,01 persen menjadi 7,14 persen pada periode yang sama.

Di tengah arus modal keluar dari pasar keuangan Indonesia, Rupiah melanjutkan tren depresiasi hingga pertengahan Januari 2025, mencapai Rp 16.195 per USD pada 9 Januari 2025. Ini menandai depresiasi 2,11 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya, yang berada di level Rp 15.860 per USD.

Secara year-to-date, Rupiah terdepresiasi sebesar 0,67 persen. Berkinerja lebih buruk dibandingkan sebagian besar mata uang negara berkembang lainnya, termasuk Peso Argentina, Ringgit Malaysia, Rand Afrika Selatan, Rupee India, Peso Filipina, Lira Turki, Real Brasil, dan Rubel Rusia, yang semuanya mencatatkan pelemahan yang lebih kecil atau bahkan penguatan.

Kinerja Rupiah setara dengan Yuan Tiongkok tetapi sedikit lebih baik dibandingkan Baht Thailand, yang mengalami depresiasi sebesar 0,90 persen ytd.

Meskipun kinerja Rupiah mungkin tidak ideal, cadangan devisa menunjukkan prospek yang lebih positif, mencapai level tertinggi sepanjang masa sebesar

USD 155,7 miliar pada Desember 2024. Ini merupakan kenaikan bulanan terbesar tahun ini, dengan kenaikan sebesar USD 5,5 miliar dari USD 150,2 miliar pada November 2024.

Pertumbuhan cadangan devisa didorong oleh penerimaan pajak dan jasa yang lebih tinggi, pencairan pinjaman luar negeri pemerintah, serta pendapatan minyak dan gas.

Per Desember 2024, cadangan devisa setara dengan 6,7 bulan impor atau 6,5 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri, jauh di atas standar kecukupan cadangan devisa internasional sekitar tiga bulan impor.

Posisi cadangan devisa yang kuat meningkatkan kemampuan Bank Indonesia untuk melakukan intervensi di pasar valas, memberikan penyangga untuk mengelola volatilitas mata uang.

Meskipun angka inflasi Indonesia berada di kisaran target Bank Indonesia bagian bawah, Rupiah menghadapi tekanan yang signifikan dalam beberapa minggu terakhir karena faktor-faktor eksternal.

Salah satunya adalah ekspektasi akan kebijakan moneter yang lebih hati-hati dari the Fed, yang didorong oleh tekanan inflasi yang terus berlanjut di AS dan arah kebijakan pemerintahan Donald Trump yang akan datang.

Akibatnya, saat ini terdapat probabilitas 93,1 persen bahwa Federal Reserve akan mempertahankan suku bunga tidak berubah dalam waktu dekat.

"Dinamika eksternal ini membuat Bank Indonesia tidak memiliki banyak fleksibilitas untuk memangkas suku bunga acuan dalam jangka pendek karena hal ini dapat memperburuk arus modal keluar dan semakin melemahkan Rupiah," ujar Riefky.

Begitu juga dengan Analis Phintraco Sekuritas, Valdy Kurniawan yang memperkirakan BI akan kembali mempertahankan suku bunga di level 6 persen.

"Pasar akan mencermati pengumuman RDG BI pada Rabu (15/1) sore. RDG BI diperkirakan menahan sukubunga acuan di 6 persen, namun pasar menantikan pandangan BI kedepan dalam pengumuman hasil RDG BI tersebut," kata Valdy dalam risetnya, Rabu (15/1).

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar: