terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download
>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:
Transformasi User Stories Menjadi Value Narratives - my blog
Nov 7th 2024, 12:14, by Rosidi Pratama, Rosidi Pratama
Value Narratives atau value story dipopulerkan Kindra Hall dalam bukunya yang berjudul Stories that Stick yang membahas pentingnya seni bercerita dalam dunia profesional dan pribadi serta bagaimana pentingnya transformasi user story menjadi value story , di akhir artikel akan dibahas sedikit tentang buku tersebut. Story telling jadi bagian dari keseharian kita semua, termasuk tim produk dalam sebuah perusahaan.
Tim produk biasanya punya segudang tanggung jawab. Meningkatkan user adoption, mendorong engagement, dan tentunya achieving business goals adalah fokus utama. Data, metrics, dan clear evidence jadi konsumsi tim produk untuk memastikan bahwa produk kita benar-benar memberikan value.
Namun, terkadang kita terlalu sibuk dengan setumpuk user stories, menjabarkan pain points, usability issues, dan area yang perlu diperbaiki. Walau insight dari user stories itu berharga, terkadang kita kesulitan menjembatani informasi tersebut ke dalam bahasa bisnis yang mudah dicerna. Kita perlu memahami bagaimana user stories itu bisa diterjemahkan menjadi value yang nyata bagi produk dan bisnis.
Di sinilah konsep value narratives atau value story yang dipopulerkan oleh Kindra Hall dalam bukunya Stories that Stick menjadi krusial. Value story bukan sekadar menceritakan pengalaman user, tapi juga menghubungkannya dengan value proposition produk kita. Kita tidak hanya menjawab "apa" yang terjadi, tapi juga "mengapa" di balik "apa" itu. Bagaimana produk kita menyelesaikan masalah, memenuhi kebutuhan, dan pada akhirnya, menepati janji yang diberikan kepada user dan memberikan impact pada bisnis perusahaan.
People don't buy what you do; they buy why you do it. - Simon Sinek, Start with Why
Kenapa Transformasi ke Value Story Itu Penting?
Coba bayangkan, saat kamu mempresentasikan fitur baru atau mengusulkan perubahan desain, apa yang paling membekas di benak stakeholder? Daftar panjang masalah usability? Atau narasi yang menunjukkan dampak potensial terhadap user engagement, kepuasan pelanggan, atau bahkan pendapatan?
Value story sangat penting karena:
Bridge the communication gap: Membantu menerjemahkan insight yang user-centric ke dalam bahasa yang mudah dipahami oleh stakeholder bisnis.
Drive buy-in: Menciptakan pemahaman bersama tentang "mengapa" di balik keputusan desain, sehingga buy-in untuk perbaikan UX lebih mudah didapatkan.
Focus on outcomes: Mengalihkan fokus dari masalah ke solusi, menekankan dampak positif UX terhadap tujuan bisnis.
Inspire action: Menciptakan rasa urgensi dan memotivasi tim untuk memprioritaskan desain yang user-centered dan business centered.
The best way to predict the future is to create it. - Peter Drucker & Abraham Lincoln
Koordinasi dan kolaborasi untuk bisa menyampaikan Value Story
Koordinasi dan kolaborasi tim produk dengan tim lain nya seperti UX dan designer bisa membuat semua anggota tim menjadi storyteller yang handal. Berikut beberapa caranya:
Foster a Shared Understanding of Value: Pastikan seluruh anggota tim baik itu tim produk, UX researcher dan desainer memahami value proposition produk, target user, dan tujuan bisnis secara mendalam. Hal ini akan membantu semua orang menghubungkan temuan riset dengan big picture.
Encourage Collaboration: Hilangkan batas antara tim. Rutinlah melakukan komunikasi, sesi brainstorming bersama, dan workshop kolaboratif untuk membangun pemahaman bersama tentang kebutuhan user dan tujuan bisnis.
Provide Context: Saat review hasil riset, berikan konteks seputar prioritas bisnis, lanskap kompetitif, dan tren pasar. Hal ini akan membantu researcher memberikan rekomendasi yang selaras dengan strategi produk.
Ask the Right Questions: Jangan hanya bertanya "Apa yang dilakukan user?", tapi gali lebih dalam tentang "mengapa"-nya. Apa tujuan user? Apa ekspektasi mereka? Bagaimana produk memenuhi atau gagal memenuhi ekspektasi tersebut?
Embrace Data and Metrics: Riset kualitatif memang penting, tapi tetap perlu di dorong untuk mengkuantifikasi temuan mereka jika memungkinkan. Misalnya, dengan melacak metrik-metrik seperti task completion rate, time on task, atau user error rate.
Champion User-Centered Design: Ciptakan budaya yang menghargai feedback user dan memprioritaskan desain yang user-centered. Rayakan keberhasilan bersama dan apresiasi dampaknya terhadap performa produk.
Good design is good business. - Thomas J. Watson Jr., Former CEO of IBM
Menerjemahkan User Feedback menjadi Insight yang Bermakna
Berikut ini adalah contoh kasus mempresentasikan hasil user testing yang menunjukkan banyak user mengalami kesulitan saat proses onboarding. Daripada sekadar melaporkan ini sebagai masalah usability, coba laporkan dengan value story:
Value story ini tidak hanya menunjukkan masalah, tapi juga menjelaskan dampaknya terhadap tujuan bisnis. Ada call to action yang jelas dan membuat semua orang tergerak untuk memprioritaskan perbaikan onboarding experience.
Kekuatan "Show, Don't Tell"
Visual storytelling juga merupakan cara ampuh untuk menyampaikan value story. User journey map yang informatif, video yang menunjukkan interaksi user, atau infografis sederhana bisa membuat user story lebih hidup dan berkesan.
Misalnya, daripada mempresentasikan laporan pain points yang penuh teks, kamu bisa membuat video montage yang menunjukkan user kesulitan menggunakan suatu fitur. Representasi visual seperti ini bisa jauh lebih meyakinkan daripada sekadar kata-kata.
Design is not just what it looks like and feels like. Design is how it works. - Steve Jobs
Dengan memahami dan memanfaatkan kekuatan value story, semua orang yang terlibat dalam pembuatan atau pengembangan sebuah produk akan bisa mengeluarkan potensi maksimalnya. Dengan kolaborasi, context, dan data-driven storytelling, kita bisa memberdayakan seluruh anggota tim untuk menjadi partner yang strategis dalam mencapai kesuksesan pembuatan atau pengembangan sebuah produk.
Ingat, ini bukan hanya tentang menemukan masalah usability, tetapi tentang bagaimana menghubungkan masalah tersebut dengan big picture dan menunjukkan value nyata dari desain yang user-centered dan tentunya akan ber-impact terhadap bisnis itu sendiri.
Stories that stick
Buku Stories That Stick: How Storytelling Can Captivate Customers, Influence Audiences, and Transform Your Business membahas pentingnya seni bercerita dalam dunia profesional dan pribadi. Kindra Hall, seorang President dan Chief Storytelling Officer di Steller Collective dan seorang pakar storytelling, menjelaskan bahwa cerita adalah alat paling kuat yang dapat digunakan untuk membangun koneksi dengan orang lain, menyampaikan pesan secara efektif, dan membuat sesuatu lebih mudah diingat. Dengan menggunakan cerita, perusahaan dapat membangun brand mereka, memperkuat pesan pemasaran, dan membuat produk mereka lebih menarik.
Kindra Hall menyajikan empat jenis cerita utama yang perlu diketahui dan dipahami. Dia juga menekankan bahwa dalam membuat cerita, penting untuk tidak hanya menyampaikan fakta, tetapi juga melibatkan emosi dan imajinasi audiens. Cerita yang baik adalah cerita yang dapat membuat audiens merasa, bukan hanya mendengar.
The Value Story
Digunakan untuk menunjukkan nilai suatu produk atau layanan kepada pelanggan. Menurut Hall, cerita nilai mampu membantu audiens untuk memahami manfaat dari produk yang ditawarkan, dan mengapa mereka harus memilihnya dibandingkan pesaing.
The Founder Story
Berfokus pada asal-usul perusahaan atau brand. Menceritakan tentang bagaimana perusahaan dibangun, tantangan awal yang dihadapi, dan apa yang membuatnya unik dapat memberikan sentuhan personal yang menarik bagi audiens.
The Purpose Story
Berbicara tentang misi atau tujuan yang lebih besar di balik sebuah brand atau produk. Cerita ini penting untuk menunjukkan nilai-nilai yang dipegang oleh perusahaan, terutama di kalangan generasi muda yang peduli dengan prinsip dan integritas perusahaan.
The Customer Story
Menceritakan kisah sukses atau pengalaman positif pelanggan. Cerita ini berfungsi untuk membangun kredibilitas dan meningkatkan kepercayaan calon pelanggan, dengan menampilkan testimoni atau pengalaman nyata.
Mengapa Cerita Penting?
Kindra Hall menunjukkan bahwa cerita memiliki dampak luar biasa pada otak manusia. Ketika kita mendengar cerita, kita tidak hanya mendengarkan kata-kata, tetapi kita juga merasakan emosi yang dirasakan oleh tokoh dalam cerita tersebut. Hal ini memicu koneksi emosional yang mendalam antara pendengar dan penyampai cerita.
Langkah-Langkah Membuat Cerita yang Kuat:
1. Temukan Momen yang Otentik
Temukan pengalaman nyata yang mencerminkan pesan yang ingin disampaikan. Cerita yang otentik lebih mudah diterima karena terasa nyata dan tulus.
2. Gunakan Detail yang Tepat
Detail kecil dalam cerita dapat membantu membuat cerita lebih hidup. Gunakan elemen visual dan sensorik untuk membantu audiens membayangkan situasi dalam cerita.
3. Libatkan Emosi
Jangan takut untuk menampilkan emosi dalam cerita Anda. Cerita yang kuat adalah cerita yang membuat audiens merasakan sesuatu, entah itu kegembiraan, ketakutan, atau inspirasi.
4. Berikan Penyelesaian atau Pelajaran
Setiap cerita yang baik membutuhkan akhir yang jelas. Ini bisa berupa solusi, pelajaran hidup, atau pesan yang ingin disampaikan.
Buku ini juga dilengkapi dengan kisah-kisah inspiratif dari berbagai perusahaan yang telah berhasil mengimplementasikan storytelling dalam strategi mereka. Kindra Hall memberikan panduan praktis tentang bagaimana membangun cerita untuk berbagai kebutuhan bisnis, baik itu pemasaran, branding, atau kepemimpinan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar