terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download
>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:
Pengamat Beberkan Cara Agar Indonesia Tak Perlu Impor Beras Lagi - my blog
Nov 24th 2024, 12:30, by Abdul Latif, kumparanBISNIS
Ekonom Center of Reform on Economic (CORE), Eliza Mardian, membeberkan strategi untuk meningkatkan produksi beras dalam negeri.
Menurut catatannya tingkat konsumsi beras dalam negeri sekitar 31 juta ton per tahun. Sementara untuk beras cadangan, pemerintah idealnya mengalokasikan 10 persen dari total konsumsi.
"Itu berarti kita butuh sekitar 34 juta ton beras agar tidak perlu impor. karena jika produksinya pas dengan konsumsinya, tentu akan mengancam stabilitas [harga]," ujar Eliza dikutip Minggu (24/11).
Untuk mencapai target 34 juta ton beras, Eliza menyarankan strategi peningkatan produktivitas (intensifikasi) atau perluasan lahan (ekstensifikasi).
Eliza bilang, andaikata pemerintah memilih langkah ekstensifikasi, maka konsekuensinya bakal mengorbankan hutan. Bahkan kalau ditanam di lahan rawa, katanya, rata-rata produktivitasnya relatif rendah dari lahan sawah biasa.
"Sehingga perlu lebih luas lagi areal pertanaman dengan biaya yang relatif besar krna perlu berbagai treatment untuk pengkondisian lahan agar bisa ditanami (padi)," sebut Eliza.
Secara rumus, Eliza menjelaskan, jika rata-rata produktivitas padi 5 ton per hektar dan indeks pertanaman (IP) di angka 1,5, maka luas lahan yang dibutuhkan untuk memenuhi konsumsi beras dalam negeri sekaligus cadangan hingga 34 juta ton beras mestinya cukup dengan luas lahan pertanian sebesar 9,07 juta hektar.
"Bisa saja aslinya IP Indonesia lebih rendah dari itu karena jika mengacu data Badan Pusat Statistik (BPS) dengan luasan 10,2 juta hektar saja produksi padi kita hanya sekitar 31 juta ton beras," cakapnya.
Tetapi menurut Eliza, kondisi riil di lapangan kini banyak sawah yang semakin menurun kualitasnya akibat dampak pembangunan konversi sawah yang merusak jaringan irigasi secara sistemik, mencemari areal sawah, meningkatkan hama dan penyakit, serta kurangnya penerapan praktik pertanian berkelanjutan.
"Peningkatan produktivitas ini ya dengan intensifikasi menggunakan varietas benih unggul yang tinggi produktivitas, tahan hama penyakit dan tahan terhadap dampak perubahan iklim," imbuh Eliza.
Sementara, kata dia, IP bisa dilakukan dengan membangun dan merevitalisasi irigasi yang sudah rusak berat dan terlalu lama dibiarkan tanpa perhatian yang memadai. Eliza mencatat, banyak sawah tadah hujan yang belum dibangun irigasinya.
Guna mempermulus intensifikasi, terdapat ragam varietas lokal yang bisa memproduksi padi hingga 12 ton per hektar, diatas rata rata produktivitas padi nasional 5 ton per hektar.
"termasuk program Makan Bergizi Gratis (MBG) sekalipun tanpa perlu mengorbankan lahan hutan yang tersisa," tutupnya.
Dalam catatan kumparan tahap awal swasembada pangan akan berfokus pada beras terlebih dahulu. Selanjutnya ada jagung dan beberapa komoditas lain satu per satu. Amran menilai beras merupakan komoditas utama. Menurutnya, jika swasembada beras bermasalah, maka kondisi pangan negara bisa bermasalah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar