terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download
>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:
Saat Limbah Kulit Jagung Diolah Jadi Hiasan Rumah, Laku Dijual Sampai ke Belanda - my blog
Aug 13th 2024, 10:01, by Muhammad Darisman, kumparanBISNIS
Jari jemari Megasari begitu telaten menata satu persatu daun sisal serapi mungkin untuk diolah jadi kerajinan tangan. Ia bersemangat menganyam tanaman berserat kuat itu demi bakal contoh produk baru.
Saat kumparan berkunjung ke workshop milik Grandis Home di Desa Kasiman, Bojonegoro, pada Senin (12/8), Mega bersama ibu-ibu lainnya tengah khusyuk dengan pekerjaan mereka. Empat tahun ikut jadi salah satu perajin di sana membuatnya piawai menghasilkan segala jenis hiasan rumah.
Bengkel kerajinan rumahan ini menghasilkan kap lampu, keranjang, hiasan dinding, hingga cermin. Bahan-bahan untuk membuat kerajinan ini memanfaatkan serat alam seperti limbah kulit jagung, pelepah pisang, sisal, ijuk, hingga rayung.
"Saya udah lama, udah 4 tahun. Semua produk udah bisa bikin, kap lampu, cermin, basket," tutur Mega.
Bengkel bekas produksi perabotan kayu jati itu itu kini jadi tempat ia dan ibu-ibu di Desa Kasiman menambal penghasilan suami. Sebagian besar mereka bekerja sebagai petani, pekebun, peternak, atau juga kuli bangunan seperti suami Mega.
Punya dua anak yang duduk di bangku sekolah dasar dan menengah pertama, membuat perempuan berusia 36 tahun itu turut belajar jadi perajin.
"Alhamdulillah bisa membantu banget lah, menambah penghasilan. Nomor satu untuk anak sekolah, anaknya SD sama SMP. Bisa nambah-nambah dapur," ujarnya.
Mega dan teman-teman perajinnya berharap usaha kerajinan tempat mereka mendapat penghasilan tambahan ini bisa makin punya banyak pelanggan. Saat orderan banyak, ia bisa mendapat uang hingga jutaan rupiah.
"Puasa kemarin sampai kewalahan, tapi makin banyak pesanan makin semangat. Kalau pesanan banyak kita bisa dapat Rp 1 juta lebih," sambungnya.
Harapan para perajin ini juga menjadi keinginan Founder CV Grandis Home, Nesya Anggi Puspita. Nesya mengaku usaha rumahan yang ia rintis sejak 2015 dengan meninggalkan kursi kantoran itu, utamanya memang diniatkan jadi ladang cuan bagi para ibu di kampungnya.
"Jadi motivasi terbesar saya kenapa saya ingin usaha ini terus berkembang, supaya lebih banyak ibu-ibu dan masyarakat sekitar yang terlibat dan mendapatkan manfaat dari usaha ini. Dan supaya mereka lebih bisa menggantungkan pendapatan dari usaha ini," ujarnya.
Nesya mengaku, total ibu-ibu yang pernah ia latih menjadi perajin sudah mencapai ratusan orang. Bekal keterampilan tambahan itu ia harapkan bisa menjadi sumber penghasilan bagi perempuan.
Ia juga memberikan kelonggaran kepada para pekerja untuk bisa bekerja lebih fleksibel. Ibu-ibu kerap membawa pulang bahan-bahan yang akan diolah menjadi hiasan rumah itu.
"Kalau yang pernah terlibat itu lebih dari seratus orang. Mereka ambil pekerjaan ini karena fleksibel, kebanyakan mereka ibu rumah tangga yang punya anak," tuturnya.
Alih-alih langsung mengambil pekerja terampil, ia justru melatih para ibu di Desa Kasiman supaya bisa menjadi perajin. Ia menyadari kebanyakan dari ibu-ibu ini menggantungkan pendapatan rumah tangga dari pekerjaan serabutan suami.
"Kadang yang membuat saya tetap semangat itu dari mereka, 'aduh suamiku enggak kerja dua minggu'. Sehingga (mereka) ada pemasukan," sambung lulusan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga itu.
Keputusannya berbuah manis lantaran produk-produk mereka bisa merambah ke Korea Selatan dan Belanda. Produk-produk berbahan alami, seperti dari limbah kulit jagung, rupanya diminati buyer dari negara lain.
"Yang diekspor ke Belanda home dekor ada basket keranjang terus kap lampu dekoratif, cermin berbahan kulit jagung. Karena mereka kan sukanya sustainability ya harus ramah lingkungan," tuturnya.
UKM yang ia rintis selama hampir 10 tahun itu, bisa bertahan lantaran pasar ekspor tersebut. Meski belum berani bicara soal omzet pasti, Nesya mengaku pernah mengantongi hingga ratusan juta rupiah dari ekspor produknya.
Jeli melihat peluang, ia memilih mengolah limbah kulit jagung yang mudah ditemukan di sepanjang jalan desa itu. Nesya ingin produk dari Grandis Home bisa punya ciri khas sendiri.
Industri rumahan seperti ini diakui oleh Kepala Desa Kasiman Edy Sukarmanto, sebagai penopang perekonomian warga selain dari pertanian, perkebunan, dan peternakan.
Dengan kondisi lahan yang kerap mengalami kemarau, Desa Kasiman menerapkan sistem pertanian tadah hujan. Lahan dimanfaatkan untuk menanam saat musim hujan, lalu jagung kala kemarau.
"Memang sangat berimbas positif dari kerajinan kayu ataupun hasil olah limbah. Karena apa? Memang di desa minim adanya lapangan pekerjaan selain bertani, berkebun, atau juga beternak. Jadi memang efeknya sangat membantu mendukung perekonomian," tuturnya saat ditemui di Balai Desa Kasiman.
Ia mengatakan, desanya mampu menghasilkan ribuan ton jagung. Karenanya ia mengapresiasi ide kreatif yang dilakukan Nesya lewat kerajinan tangan Grandis Home.
Apalagi, produk-produk kerajinan tangan tersebut jadi satu-satunya barang yang bisa menembus pasar ekspor. "Untuk sementara di desa kami hanya ada kerajinan (yang bisa ekspor). Karena memang Desa Kasiman agak gersang," sambungnya.
Kerajinan Tangan Butuh Dukungan Pemasaran
Ia berharap, industri rumahan lain di desanya bisa mengikuti jejak Grandis Home dari segi pemasaran. Bagaimana menjajakan produk tersebut ia akui masih menjadi pekerjaan rumah bagi mereka. Di samping juga perlu ada peningkatan fasilitas dalam menghasilkan kerajinan tangan berkualitas.
Adapun Grandis Home, berhasil mendapat peluang ekspor berkat keuletan mengikuti berbagai pameran. Grandis Home juga merupakan mitra binaan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) dari Coaching Program for New Exporter (CPNE) Angkatan tahun 2019.
LPEI bersama pemerintah Provinsi Jawa Timur berkolaborasi mendorong potensi produk dari Desa Devisa di Jawa Timur agar menembus pasar ekspor. Pada Akhir Januari 2024, LPEI dan Pemprov Jawa Timur meresmikan Desa Devisa di Bojonegoro dengan komoditas unggulan berupa kerajinan home decor.
Klaster Desa Devisa Bojonegoro di Kecamatan Kasiman, lewat Grandis Home, menghasilkan kerajinan home decor unik dari limbah kulit jagung yang diolah oleh 65 perajin.
Dalam satu bulan, para perajin menghasilkan berbagai produk home decor hingga ratusan barang per bulan dengan harga jual antara Rp 40.000 hingga Rp 200.000 per produk.
Grandis Home menyerap hasil kerajinan untuk dijual ke pasar ekspor di Belanda dan Korea Selatan. Baru-baru ini Desa Devisa Kerajinan Bojonegoro berhasil mendapatkan buyer baru yang berasal dari Spanyol dengan jumlah pesanan mencapai 292 pcs.
Buyer ini pertama kali bertemu pada pameran Ambiente di Jerman dan kembali bertemu pada pameran IFEX 2024 yang diadakan di Jakarta. Keikusertaan Desa Devisa Bojonegoro pada pameran ini difasilitasi oleh LPEI dalam rangka memperluas akses pasar Desa Devisa Bojonegoro.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar