Juru masak restoran tersebut mengatakan jika memang menginginkan 'Healthy Soup', dia menganjurkan “untuk datang ke sebuah desa di luar kota dimana ada sepasang suami istri yang istrinya sedang mengandung 8 bulan. Diceritakan pula bahwa si istri sebelumnya sudah pernah mengandung 2 kali, tetapi kedua anaknya lahir dengan jenis kelamin perempuan. Jika kali ini lahir perempuan lagi, maka 'Healthy Soup' dapat disantap dengan waktu dekat. Cara pembuatan 'Healthy Soup', seperti yang diceritakan oleh jurnalis yang meliput kisah ini adalah sebagai berikut : Janin yang berumur beberapa bulan, ditambah Pachan, Tongseng, Tongkui, Keichi, Jahe, daging ayam dan Baikut, di tim selama 8 jam, setelah itu dimasak selayaknya memasak sup biasa.
Beberapa hari kemudian seorang sumber menghubungi penulis untuk meberitahukan bahwa ada restoran yang sudah mempunyai stok untuk'Healthy Soup' . Bersama sang pengusaha, penulis dan fotografer pergi ke restoran tersebut untuk bertemu dengan juru masak restoran tersebut yang tanpa membuang waktu langsung mengajak rombongan untuk tour ke dapur. Di atas papan potong tampak janin tak bernyawa itu tidak lebih besar dari seekor kucing. Sang juru masak menjelaskan bahwa janin tersebut baru berusia 5 bulan, tidak dijelaskan berapa harga belinya, yang pasti itu tergantung besar-kecil, hidup-mati janin tersebut dan sebagainya. Kali ini, harga per porsi 'Healthy Soup' 475 USD atau setara dengan Rp 4.750.000 karena stok sedang sulit untuk didapat. Sambil mempersiapkan pesanan kami, dengan terbuka juru masak tersebut menerangkan bahwa janin yang keguguran atau di gugurkan, biasanya mati, dapat dibeli hanya dengan beberapa puluh USD saja, sedang kalau dekat tanggal kelahiran dan masih hidup, bisa semahal 300 USD. Urusan bayi itu diserahkan ke restoran dalam keadaan hidup atau mati, tidak ada yg mengetahui.
Bisa anda bayangkan, harga bayi yang masih hidup hanya seharga Rp 3 jt. itu pun anda membelinya bukan untuk di adopsi atau di jadikan anak angkat, namun untuk Dimakan..!!
Setelah selesai, 'Healthy Soup' disajikan panas di atas meja, penulis dan fotografer tidak bernyali untuk ikut mencicipi, setelah kunjungan di dapur, sudah kehilangan semua selera makan, maka cepat-cepat meninggalkan mereka dengan alasan tidak enak badan. anda mau mencobanya..?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar