terunik teraneh terselubung blogspot.com terlucu menarik di dunia tapi nyata dan terlangka aneh22 video gambar ajaib bin ajaib kau tuhan sungguh penuh kuasa unik77.tk unik4u unic77.tk gokil extreme medis kriminal arkeologi antariksa UFO dinosaurus kita flora fauna misteri bumi militer hiburan ekonomi bahasa teknologi sejarah politik tokoh hukum mumi rumor motivasi moral hewan tumbuhan tips trick kuliner otomotif pendidikan galleri musik sms hantu wallpaper artis indonesia foto hot syur panas download

>10.000 artikel menarik ada disini,silahkan cari:

Kota Kuno Alexandria di Mesir Terancam Tenggelam Lebih Cepat - my blog

kumparan - #kumparanAdalahJawaban
 
Kota Kuno Alexandria di Mesir Terancam Tenggelam Lebih Cepat
Mar 8th 2025, 16:56, by Habib Allbi Ferdian, kumparanSAINS

Pelabuhan Alexandria yang menghadap langsung ke Laut Mediterania Foto: Dok. Booking.com
Pelabuhan Alexandria yang menghadap langsung ke Laut Mediterania Foto: Dok. Booking.com

Sebuah studi baru menemukan bahwa kota bersejarah Alexandria di Mesir diprediksi tenggelam lebih cepat akibat naiknya permukaan air laut.

Studi yang terbit di jurnal Earth's Future pada 12 Februari 2025 menemukan, selama dekade terakhir, jumlah bangunan yang runtuh di sepanjang tepi laut Alexandria meningkat dari sekitar 1 per tahun menjadi 40 per tahun.

Dalam 20 tahun terakhir, 280 bangunan di kota pelabuhan berusia 2.300 tahun yang dikenal sebagai tempat kelahiran Cleopatra dan rumah kuno Perpustakaan Alexandria, runtuh karena erosi pantai, dan 7.000 bangunan lainnya berisiko tenggelam di masa mendatang. Antara 2014 dan 2020 saja, ada 86 bangunan hancur total, dan 201 bangunan lainnya runtuh yang mengakibatkan 85 kematian.

"Masalah sebenarnya adalah, kerugian ini jauh melampaui bangunan fisik," kata Essam Heggy, penulis studi dan ahli air di University of Southern California's Viterbi School of Engineering, sebagaimana dikutip Live Science.

"Kita menyaksikan hilangnya kota-kota pesisir bersejarah secara bertahap, di mana Alexandria telah membunyikan alarm. Apa yang dulunya tampak seperti risiko iklim yang jauh, kini menjadi kenyataan."

Shaheer Maged, seorang pembuat furnitur membawa papan kayu dari kapal yang tenggelam untuk di daur ulang menjadi furnitur di kota pesisir Alexandria, Mesir.  Foto: Hanaa Habib/REUTERS
Shaheer Maged, seorang pembuat furnitur membawa papan kayu dari kapal yang tenggelam untuk di daur ulang menjadi furnitur di kota pesisir Alexandria, Mesir. Foto: Hanaa Habib/REUTERS

Runtuhnya bangunan di pesisir disebabkan oleh naiknya permukaan air laut dan intrusi air laut ke dalam tanah di bawah kota. Saat air asin mengalir lebih jauh ke daratan karena naiknya permukaan air laut, ia meningkatkan permukaan air tanah di bawah bangunan dan infrastruktur lainnya serta mengikis tanah.

Hal ini dapat menyebabkan tanah amblas, yang membuat bangunan tidak stabil dan berisiko runtuh. Selain itu, air asin mengikis tulangan baja pondasi bangunan sehingga melemahkan strukturnya.

Menurut Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), rata-rata permukaan laut global naik antara 20 hingga 23 sentimeter sejak 1880. Jika perubahan iklim terus berlanjut, permukaan laut di Amerika Serikat diprediksi naik hingga 2,2 meter pada 2100.

Sementara menurut NASA, kota-kota di dataran rendah menghadapi risiko erosi dan banjir tertinggi akibat kenaikan permukaan laut, terutama di sepanjang Pantai Timur AS, Pantai Barat, dan Pantai Teluk.

"Studi kami menentang kesalahpahaman masyarakat bahwa kita hanya perlu khawatir saat permukaan laut naik satu meter," kata Heggy. "Namun, yang kami tunjukkan di sini adalah, garis pantai di seluruh dunia, terutama pantai Mediterania seperti California, sudah berubah dan menyebabkan runtuhnya bangunan pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya."

Anggota Asosiasi Masyarakat Adat melakukan protes untuk menuntut tindakan terhadap perubahan iklim, dengan memegang potongan kepala para pemimpin dunia di perairan Teluk Botafogo, menjelang KTT G20, di Rio de Janeiro, Brasil (16/11/2024). Foto: TUANE FERNANDES/REUTERS
Anggota Asosiasi Masyarakat Adat melakukan protes untuk menuntut tindakan terhadap perubahan iklim, dengan memegang potongan kepala para pemimpin dunia di perairan Teluk Botafogo, menjelang KTT G20, di Rio de Janeiro, Brasil (16/11/2024). Foto: TUANE FERNANDES/REUTERS

Dalam studi baru ini, para peneliti memetakan bangunan-bangunan yang runtuh di sekitar Alexandria antara tahun 2001 hingga 2021, dan membandingkan citra satelit antara tahun 1974 dan 2021 dengan peta kota dari tahun 1887, 1959, dan 2001 untuk menentukan kenaikan muka air laut.

Dengan menggunakan data ini, mereka menentukan bahwa garis pantai Alexandria telah bergeser ke daratan sejauh puluhan meter selama beberapa dekade terakhir, dengan sejumlah wilayah mengalami erosi tanah mencapai 24 hingga 36 meter per tahun. Para peneliti juga menganalisis isotop kimia dalam tanah untuk menentukan tingkat erosi tanah.

"Analisis isotop kami mengungkap bahwa bangunan runtuh dari bawah ke atas, karena intrusi air laut mengikis fondasi dan melemahkan tanah," kata Ibrahim Saleh, salah satu penulis studi dan ilmuwan radiasi tanah di University Alexandria. "Bukan hanya bangunan, tetapi tanah di bawahnya juga terkena dampak."

Peneliti menyarankan beberapa cara yang dapat dilakukan Alexandria untuk bersiap menghadapi datangnya banjir air laut. Langkah-langkah ini meliputi membangun bukit pasir dan penghalang di sepanjang pantai, peninggi bangunan, dan relokasi penduduk yang tinggal di daerah berisiko tinggi.

"Kota-kota bersejarah seperti Alexandria, yang merupakan tempat lahirnya pertukaran budaya, inovasi, dan sejarah, sangat penting untuk menjaga warisan manusia bersama kita," Kata Heggy. "Karena perubahan iklim mempercepat kenaikan permukaan laut dan erosi pantai, melindunginya bukan hanya tentang menyelamatkan bangunan tapi juga tentang melestarikan jati diri kita."

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com. By using Blogtrottr, you agree to our policies, terms and conditions.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions.

Tidak ada komentar: