Fosil hominid ini ditemukan di sebuah gua di Malapa tak jauh dari Johannesburg, Afsel. Dan para ilmuwan memberi nama temuan mereka ini Australophitecus sediba. Para ilmuwan kepada Jurnal Science mengatakan, makhluk ini mengisi kekosongan antara hominid-hominid yang lebih tua dengan kelompok modern yang dikenal sebagai spesies Homo yang di dalamnya terdapat manusia.
Tulang tengkorak yang ditemukan di Afsel ini diduga jenis baru hominid
'Fosil ini berada pada titik transisi dari seekor kera yang berjalan tegak menjadi manusia seperti kita,' kata ketua tim peneliti Profesor Lee Berger dari Universitas Witwaterstrand kepada BBC News, Jumat (9/4). 'Saya pikir semua orang mengetahui bahwa dalam periode antara 1,8 hingga 2 juta tahun lalu adalah masa-masa di mana sedikit sekali ditemukan fosil hominid.''
Para ilmuwan menduga, Australopithecines adalah nenek moyang langsung spesies Homo namun penemuan Australopithecus sediba dalam pohon keluarga manusia memunculkan kontroversi, karena sejumlah ilmuwan menduga temuan baru ini tak lain dan tak bukan adalah spesies Homo itu sendiri.
Fosil Malapa ini hidup tepat sebelum kemunculan spesies Homo. Memang di Afrika Timur juga ditemukan fosil yang juga diduga Homo dan berusia sedikit lebih tua dibanding temuan baru ini. Namun fosil Malapa ini memiliki perpaduan unik antara tampilan purba dan modern. Fosil ini memiliki gigi kecil, hidung mancung, tulang panggul modern dan ukuran kaki yang panjang hampir menyerupai kaki manusia modern.
Di sisi lain, fosil Malapa ini masih memiliki lengan panjang dan otak berukuran kecil sehingga mungkin fosil ini berusia lebih tua dibanding kelompok Australopithecine. Fosil Malapa ini ditemukan di Situs Warisan Dunia Cradle of Humankind di mana di lokasi ini sudah ditemukan sebanyak sembilan jenis fosil selama beberapa tahun terakhir.
Fosil-fosil ini diambil dari sebuah lubang yang terdapat dalam sebuah bekas kompleks gua yang atapnya sudah runtuh akibat erosi selama jutaan tahun. Tulang-tulang kedua hominid itu ditemukan terpisah satu meter antara satu dan lainnya. Posisi ini memunculkan dugaan keduanya mati pada saat bersamaan atau hampir bersamaan.
Profesor Berger mengatakan besar kemungkinan keduanya adalah ibu dan anaknya atau setidaknya mereka merupakan anggota kelompok yang sama. Para ilmuwan berspekulasi, kedua makhkluk ini terjatuh ke dalam gua atau terjebak di dalam gua ini. Dan ada kemungkinan tubuh keduanya hanyut ke dalam sebuah sungai atau danau bawah tanah akibat terbawa banjir.
Tulang belulang keduanya ditemukan bersama sisa-sisa hewan seperti harimau purba, kijang, tikus dan kelinci. Fakta ini menunjukkan bahwa mereka semua tewas seketika dan terkubur dengan cepat. 'Kami berpikir ada semacam bencana yang terjadi saat itu dan menyebabkan mereka semua terjebak dan kemudian terkubur bersama-sama,' kata anggota tim peneliti Profesor Paul Dirks dari Universitas James Cook, Quensland, Australia.
Perdebatan serius tentang pentingnya temuan ini muncul di kalangan komunitas ilmuwan. Profesor Colin Groves dari Universitas Nasional Australia mengatakan hasil penelitiannya terhadap foslil hominid Malapa memberinya kesimpulan bahwa mereka adalah spesies Homo bukan Australopithecus.
'Faktanya, para penemu sendiri menunjukkan sejumlah kesamaan dengan spesies awal Homo, nampaknya ingin mengakui bahwa temuan mereka ini adalah sepises Homo dan hanya sebagian kecil darinya terkait dengan Australopithecus,' tambah Groves. 'Namun, kini kita mengetahui bahwa Homo floresiensis (spesies Hobit Indonesia) memiliki kesamaan dengan temuan baru ini.'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar