INGIN hubungan intim yang hot, ada triknya. Cari tahu jam biologis saat keluarnya hormon seksual pasangan. Saat itu adalah masa puncak dorongan seksual seseorang. ''Yang disebut jam biologis kerap diistilahkan dengan variasi harian kadar hormon,'' ungkap Dr dr Hudi Winarso SpAnd MKes.
Pada pria, kata dia, hormon testosteron memengaruhi dorongan seksual. Dengan mengetahui jam biologis keluarnya hormon tersebut, suami tidak akan menolak bila diajak berhubungan intim. Bahkan, sangat mungkin, justru suami yang berinisiatif, meski istri masih mengantuk.
''Urusan hubungan badan memang situasional. Urusan itu juga tidak hanya bergantung jam biologis keluarnya hormon. Tapi, bila kita tahu saat hormon seks keluar, hubungan intim akan berjalan lancar,'' terang androlog RSUD dr Soetomo tersebut.
Hormon testosteron keluar setelah fase istirahat panjang. Lain halnya dengan hormon estrogen wanita yang justru menunjukkan grafik meningkat bersamaan dengan banyaknya aktivitas. ''Saat subuh merupakan masa tinggi-tingginya kadar hormon testosteron. Waktu itu adalah kondisi terbaik bagi pria untuk berhubungan intim,'' ungkap Hudi.
Seiring bertambahnya usia, kadar hormon testosteron terus menurun. Ditambah padatnya aktivitas, fokus pun berubah. Urusan pekerjaan jadi lebih penting daripada seks. ''Karena itu, pria yang disarankan menjalani pemeriksaan sperma, sebaiknya jangan melakukannya sampai lebih dari pukul 10.00. Sebab, kadar hormon testosteron berada dalam level rendah saat itu. Jadi, agak sulit diminta ereksi,'' paparnya.
Malam setelah anak-anak tidur juga memungkinkan untuk berhubungan intim. Setelah bersantai dan istirahat, kadar testosteron akan merambat naik. Hudi memaparkan, kadarnya memang tidak setinggi pada pagi hari. Namun, bila ada kesepakatan antara suami dan istri, tak ada masalah. ''Komunikasi seksual membantu kedua pihak untuk meraih kepuasan,'' jelasnya.
Misalnya, istri memberi isyarat dengan mengirim pesan singkat mesra ke handphone suami. Atau, suami tiba-tiba memberikan kejutan kepada istrinya. Dengan demikian, tiap pihak bersiap diri. ''Bila tak ada sinyal sebelumnya, bisa-bisa terjadi misunderstanding,'' kata Hudi.
Pada pria, kata dia, hormon testosteron memengaruhi dorongan seksual. Dengan mengetahui jam biologis keluarnya hormon tersebut, suami tidak akan menolak bila diajak berhubungan intim. Bahkan, sangat mungkin, justru suami yang berinisiatif, meski istri masih mengantuk.
''Urusan hubungan badan memang situasional. Urusan itu juga tidak hanya bergantung jam biologis keluarnya hormon. Tapi, bila kita tahu saat hormon seks keluar, hubungan intim akan berjalan lancar,'' terang androlog RSUD dr Soetomo tersebut.
Hormon testosteron keluar setelah fase istirahat panjang. Lain halnya dengan hormon estrogen wanita yang justru menunjukkan grafik meningkat bersamaan dengan banyaknya aktivitas. ''Saat subuh merupakan masa tinggi-tingginya kadar hormon testosteron. Waktu itu adalah kondisi terbaik bagi pria untuk berhubungan intim,'' ungkap Hudi.
Seiring bertambahnya usia, kadar hormon testosteron terus menurun. Ditambah padatnya aktivitas, fokus pun berubah. Urusan pekerjaan jadi lebih penting daripada seks. ''Karena itu, pria yang disarankan menjalani pemeriksaan sperma, sebaiknya jangan melakukannya sampai lebih dari pukul 10.00. Sebab, kadar hormon testosteron berada dalam level rendah saat itu. Jadi, agak sulit diminta ereksi,'' paparnya.
Malam setelah anak-anak tidur juga memungkinkan untuk berhubungan intim. Setelah bersantai dan istirahat, kadar testosteron akan merambat naik. Hudi memaparkan, kadarnya memang tidak setinggi pada pagi hari. Namun, bila ada kesepakatan antara suami dan istri, tak ada masalah. ''Komunikasi seksual membantu kedua pihak untuk meraih kepuasan,'' jelasnya.
Misalnya, istri memberi isyarat dengan mengirim pesan singkat mesra ke handphone suami. Atau, suami tiba-tiba memberikan kejutan kepada istrinya. Dengan demikian, tiap pihak bersiap diri. ''Bila tak ada sinyal sebelumnya, bisa-bisa terjadi misunderstanding,'' kata Hudi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar