Beberapa ahli biologi melaporkan temuan spektakuler, yaitu berupa satu spesies kadal raksasa, reptil dengan panjang seukuran orang dewasa dan dianugrahi dua kelamin.
'Hewan melata yang tersembunyi tapi berwarna cerah itu, sejenis biawak, adalah sepupu dekat komodo di Indonesia,' kata para ahli biologi tersebut, sebagaimana dikutip dari AFP dan Reuters.
Tetapi tak seperti komodo, yang menakutkan, Hewan itu yang diburu untuk diambil dagingnya adalah herbivora dan tak menyantap daging busuk. Malah hewan itu selalu bersikap damai dan sangat menikmati buah.
Kadal itu, yang diberi nama Varanus bitatawa, memiliki panjang dua meter tapi bobot hanya 20 kilogram, demikian perhitungan yang disiarkan oleh Royal Society, Inggris.
'Hewan tersebut ditemukan di satu lembah sungai di Pulau Luzon, Filipina utara, setelah mampu bertahan hidup karena hilangnya habitat dan perburuan oleh rakyat setempat, yang memanfaatkannya sebagai makanan,' kata Rafe Brown dari University of Kansas.
Spesies tersebut hampir dipastikan adalah hewan yang sangat terancam, dan mungkin sudah punah tanpa dimasukkan ke dalam daftar seandainya saja hewan jantan besar tak diselamatkan oleh seorang pemburu pada Juni lalu.
'Hewan itu hidup di pepohonan, jadi tubuhnya tak bisa sebesar komodo, hewan sangat besar yang memakan sangat banyak daging segar,' kata Brown melalui telepon kepada wartawan Reuters.
'Hewan ini adalah pemangsa buah dan kadal ketiga pemakan buah di dunia. Menemukan spesies vertebrata besar adalah peristiwa langka,' katanya.
Kadal itu, spesies baru dari jenis Varanus, pemalu dan dapat bersembunyi dari manusia, pemangsa utamanya, dan dapat menjelaskan mengapa hewan tersebut telah tak terdeteksi oleh ilmuwan dalam waktu yang sangat lama.
Ahli biologi pertama melihat gambar kadal besar yang berwarna cerah pada 2001, ketika orang yang meneliti daerah tersebut bertemu dengan beberapa pemburu yang sedang membawa bangkai kadal warna-warni, tapi spesies tersebut pada saat itu tak memberi pengenalan ilmiah.
Dalam beberapa tahun kemudian, kata Brown, ahli etnobiologi terus mendengar cerita mengenai kedua jenis kadal ini yang disukai banyak orang karena daging mereka terasa lebih enak dibandingkan dengan kadal yang hidup di tanah, hewan ini digambarkan sebagai hewan yang lebih besar dengan warna lebih cerah.
'Kedua jenis kadal yang digambarkan oleh masyarakat setempat adalah dua nama buat hewan yang sama,' kata Brown.
Pada 2009, mahasiswa strata 1 pada akhir ekspedisi dua bulan menemukan tanda kadal besar. Ada goresan kuku di pepohonan dan perdu pohon pandan, yang buahnya disukai oleh kadal.
Beberapa pemburu yang telah mendengar ketertarikan tim tersebut membawa kadal jantan dewasa yang nyaris mati ke kamp mereka. 'Tim itu mematikan hewan tersebut dan melakukan pemeriksaan genetika yang mengkonfirmasinya sebagai spesies unik,' kata Brown.
Analisis DNA memperlihatkan ada perbedaan genetika yang mendalam antara kadal baru itu dan keluarga terdekatnya, biawak, yang juga pemangsa buah tapi hidup di ujung selatan Pulau Luzon, dan bukan di ujung utara, tempat tinggal biawak hutan.
'Ditemukannya spesies langka semacam itu di daerah yang berpenduduk padat, tempat yang telah kehilangan sangat banyak tanaman, menjadi kejutan luar biasa', kata beberapa penulis laporan di jurnal Biology Letters.
Temuan penting lain dalam beberapa dasawarsa ialah kera kipunji, yang menghuni gugusan kecil hutan di Tanzania, dan saola, keluarga sapi yang tinggal di hutan dan hanya ditemukan di Vietnam serta Laos.
'Varanus bitatawa memiliki tanda unik dan anatomi seks yang tak biasa,' kata studi tersebut. Kaki dan tubuhnya yang bersisik dipenuhi warna biru-hitam dengan titik-titik berwarna kuning-hijau pucat, sementara ekornya ditandai dengan bagian berselang-seling warna hitam dan hijau.
Kadal jantannya memiliki dua penis, yang disebut hemipene, yang juga ditemukan pada ular dan kadal lain. Kedua penis itu seringkali digunakan secara bergantian, dan kadangkala berisi duri atau pengait yang bergungsi sebagai jangkar untuk melekatkan kadal betina selama terjadi hubungan.
Varanus bitatawa memiliki kerabat di bagian selatan Pulau Luzon, Varanus olivaceus (biawak), tapi kedua spesies itu terpisah oleh tiga lembah sungai dan jurang sepanjang 150 kilometer serta tak pernah bertemu.
SUMBER
'Hewan melata yang tersembunyi tapi berwarna cerah itu, sejenis biawak, adalah sepupu dekat komodo di Indonesia,' kata para ahli biologi tersebut, sebagaimana dikutip dari AFP dan Reuters.
Tetapi tak seperti komodo, yang menakutkan, Hewan itu yang diburu untuk diambil dagingnya adalah herbivora dan tak menyantap daging busuk. Malah hewan itu selalu bersikap damai dan sangat menikmati buah.
Kadal itu, yang diberi nama Varanus bitatawa, memiliki panjang dua meter tapi bobot hanya 20 kilogram, demikian perhitungan yang disiarkan oleh Royal Society, Inggris.
'Hewan tersebut ditemukan di satu lembah sungai di Pulau Luzon, Filipina utara, setelah mampu bertahan hidup karena hilangnya habitat dan perburuan oleh rakyat setempat, yang memanfaatkannya sebagai makanan,' kata Rafe Brown dari University of Kansas.
Spesies tersebut hampir dipastikan adalah hewan yang sangat terancam, dan mungkin sudah punah tanpa dimasukkan ke dalam daftar seandainya saja hewan jantan besar tak diselamatkan oleh seorang pemburu pada Juni lalu.
'Hewan itu hidup di pepohonan, jadi tubuhnya tak bisa sebesar komodo, hewan sangat besar yang memakan sangat banyak daging segar,' kata Brown melalui telepon kepada wartawan Reuters.
'Hewan ini adalah pemangsa buah dan kadal ketiga pemakan buah di dunia. Menemukan spesies vertebrata besar adalah peristiwa langka,' katanya.
Kadal itu, spesies baru dari jenis Varanus, pemalu dan dapat bersembunyi dari manusia, pemangsa utamanya, dan dapat menjelaskan mengapa hewan tersebut telah tak terdeteksi oleh ilmuwan dalam waktu yang sangat lama.
Ahli biologi pertama melihat gambar kadal besar yang berwarna cerah pada 2001, ketika orang yang meneliti daerah tersebut bertemu dengan beberapa pemburu yang sedang membawa bangkai kadal warna-warni, tapi spesies tersebut pada saat itu tak memberi pengenalan ilmiah.
Dalam beberapa tahun kemudian, kata Brown, ahli etnobiologi terus mendengar cerita mengenai kedua jenis kadal ini yang disukai banyak orang karena daging mereka terasa lebih enak dibandingkan dengan kadal yang hidup di tanah, hewan ini digambarkan sebagai hewan yang lebih besar dengan warna lebih cerah.
'Kedua jenis kadal yang digambarkan oleh masyarakat setempat adalah dua nama buat hewan yang sama,' kata Brown.
Pada 2009, mahasiswa strata 1 pada akhir ekspedisi dua bulan menemukan tanda kadal besar. Ada goresan kuku di pepohonan dan perdu pohon pandan, yang buahnya disukai oleh kadal.
Beberapa pemburu yang telah mendengar ketertarikan tim tersebut membawa kadal jantan dewasa yang nyaris mati ke kamp mereka. 'Tim itu mematikan hewan tersebut dan melakukan pemeriksaan genetika yang mengkonfirmasinya sebagai spesies unik,' kata Brown.
Analisis DNA memperlihatkan ada perbedaan genetika yang mendalam antara kadal baru itu dan keluarga terdekatnya, biawak, yang juga pemangsa buah tapi hidup di ujung selatan Pulau Luzon, dan bukan di ujung utara, tempat tinggal biawak hutan.
'Ditemukannya spesies langka semacam itu di daerah yang berpenduduk padat, tempat yang telah kehilangan sangat banyak tanaman, menjadi kejutan luar biasa', kata beberapa penulis laporan di jurnal Biology Letters.
Temuan penting lain dalam beberapa dasawarsa ialah kera kipunji, yang menghuni gugusan kecil hutan di Tanzania, dan saola, keluarga sapi yang tinggal di hutan dan hanya ditemukan di Vietnam serta Laos.
'Varanus bitatawa memiliki tanda unik dan anatomi seks yang tak biasa,' kata studi tersebut. Kaki dan tubuhnya yang bersisik dipenuhi warna biru-hitam dengan titik-titik berwarna kuning-hijau pucat, sementara ekornya ditandai dengan bagian berselang-seling warna hitam dan hijau.
Kadal jantannya memiliki dua penis, yang disebut hemipene, yang juga ditemukan pada ular dan kadal lain. Kedua penis itu seringkali digunakan secara bergantian, dan kadangkala berisi duri atau pengait yang bergungsi sebagai jangkar untuk melekatkan kadal betina selama terjadi hubungan.
Varanus bitatawa memiliki kerabat di bagian selatan Pulau Luzon, Varanus olivaceus (biawak), tapi kedua spesies itu terpisah oleh tiga lembah sungai dan jurang sepanjang 150 kilometer serta tak pernah bertemu.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar